LAMPUNG SELATAN – Desa Way Kalam di Kecamatan Penengahan tampaknya sedang bersiap naik kelas. Bukan hanya menjadi destinasi wisata alam yang asri, tetapi juga calon “ATM karbon” bagi Lampung Selatan asal pengelolaannya tidak tersandung pada penyakit lama, manajemen yang rajin direncanakan namun malas dirapikan.
Potensi itu terungkap setelah Wakil Gubernur Lampung, Jihan Nurlela, mengunjungi kawasan Perhutanan Sosial Way Kalam baru-baru ini, yang disebutnya menyimpan tiga potensi besar, konservasi lingkungan, penguatan ekonomi masyarakat, dan pengembangan nilai ekonomi karbon.
Sebuah paket lengkap yang, jika dikelola serius, bisa membuat desa ini tak hanya wangi oksigen, tetapi juga wangi pemasukan.
“Potensi perhutanan sosial di Desa Way Kalam sangatlah besar,” ujar Jihan.
“Dan peluang ekonominya makin terbuka lebar kalau desa mampu memaksimalkan skema ekonomi karbon.”tambahnya sebagaimana dilansir Wawai News, Jumat 28 November 2025.
Keindahan Way Kalam sebenarnya sudah promo ready. Jalur menuju Air Terjun Anakan masih terawat, sumber mata air tetap jernih, dan keberadaan satwa dilindungi membuktikan bahwa kawasan ini bukan sekadar destinasi selfie, tapi benar-benar ruang hidup yang terjaga.
Namun Jihan memberi PR tambahan: kualitas air perlu diukur, mulai dari pH hingga kandungan oksigennya.
Selain untuk keperluan konservasi, angka-angka ini bisa menjadi “nilai jual ilmiah” sebuah cara elegan untuk menunjukkan bahwa udara Way Kalam bukan kaleng-kaleng.
Jihan juga mengapresiasi hadirnya Peraturan Desa tentang manajemen wisata. Aturan yang mengatur area camping, jalur trekking, hingga dua air terjun ini adalah langkah kecil namun penting.
Semoga saja bukan sekadar aturan yang lebih sering dibacakan dalam rapat daripada diterapkan di lapangan.
Pemerintah Provinsi Lampung berharap pendekatan berbasis kajian ini bisa memperkuat pengelolaan perhutanan sosial agar kawasan tetap lestari dan ekonomi warga tidak hanya naik saat ada acara kunjungan pejabat.
Potensi Way Kalam ibarat paket wisata premium: alam indah, air jernih, udara segar, satwa liar, plus peluang ekonomi karbon.
Tinggal satu hal, jangan sampai kawasan ini hanya jadi cerita manis dalam pidato, tetapi miskin eksekusi. Karena kalau semua dikelola sungguh-sungguh, Way Kalam bisa menjadi contoh bagaimana wisata, ekonomi, dan lingkungan bisa jalan bareng tanpa saling menyingkirkan.***













