LAMPUNG TIMUR — Suara angin kencang menderu hingga membuat genteng beterbangan membelah keheningan sore di Lampung Timur, pada Sabtu, 14 Juni 2025.
Hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur wilayah sekitar Pantai Kerang Mas, menyebabkan kepanikan warga dan kerusakan di sejumlah rumah.
Salah satu seperti di desa Purwokencono, pemandangan berubah drastis, Atap rumah warga tampak compang-camping. Plakat desa terlepas dari tempatnya, dan pohon-pohon tumbang, membuat akses jalan terganggu.
Bahkan air laut di Pantai Kerang Mas sampai masuk ke warung-warung yang berada di lokasi wisata tersebut,
Warsito, seorang warga yang rumahnya rusak diterpa angin, mengisahkan suasana mencekam itu.
“Anginnya seperti mengamuk. Atap rumah saya langsung terangkat, genteng-genteng beterbangan. Kami semua tiarap di dalam rumah,” tuturnya.
Video-video yang beredar di media sosial menunjukkan puing-puing berserakan dan beberapa warga yang sibuk menyelamatkan barang-barang mereka di tengah hujan.
Tak hanya kerusakan fisik, peristiwa ini juga meninggalkan trauma bagi warga. Bagi banyak keluarga, rumah bukan sekadar bangunan, tapi tempat berlindung yang kini tidak lagi aman.
“Anak-anak saya menangis ketakutan, mereka belum pernah mengalami angin sekencang ini,” ujar Yani, warga lainnya.
Tidak ada korban jiwa di laporkan. Namun kerugian material cukup besar dari atap yang terbang, perabotan yang rusak, hingga ladang yang tergenang air.
Warga berharap bantuan segera datang. Mereka meminta pemerintah daerah dan instansi terkait turun tangan. “Kami butuh bantuan terpal, bahan bangunan, dan makanan. Ini kondisi darurat,” kata Warsito.
Hingga Minggu pagi, belum ada keterangan resmi dari pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat. Namun petugas desa telah melakukan pendataan dan memberikan laporan awal.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa bencana bisa datang kapan saja. Di tengah perubahan cuaca yang semakin ekstrem, warga di daerah pesisir seperti Lampung Timur semakin rentan.
Dan setiap kerusakan bukan hanya tentang rumah yang roboh, tapi juga tentang kehidupan yang terguncang.***