Scroll untuk baca artikel
LampungPersona

BEW Berpulangnya Manusia Estetis dan Amanat Sang Jurnalis Sejati

×

BEW Berpulangnya Manusia Estetis dan Amanat Sang Jurnalis Sejati

Sebarkan artikel ini

Oleh: Heri Wardoyo

خالطوا الناس مخالطة إن مِتم بكوا عليكم و إن عشتم حنّوا إليكم.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Bergaullah dengan manusia dengan pergaulan yang jika engkau mati, mereka akan menangisimu. Dan jika engkau hidup, mereka akan menyayangimu (Imam Ali ibn Abi Thalib)

WAWAINEWS.ID – Bambanng Eka Wijaya (BEW), Pemimpin Umum Harian Lampung Post, kemarin siang 14 Maret 2023 berpulang dalam anugerah usianya yang ke-76.

BACA JUGA: Buku Yusuf Blegur ‘Jokowi Pahlawan atau Penghianat’ Diapresiasi

Dia kawan bagi siapa saja, memang, termasuk ratusan anak buahnya di kantor. Tapi almarhum lebih disegani karena kepintarannya dan disayangi karena memang BEW sangat baik hati. Kemarin, nyaris semua penziarah memberat batinnya. Bapak yang ramah dan tak pernah marah itu tutup usia.

BACA JUGA :  Bertambah Tiga Orang, Secara kumulatif 255 kasus Covif-19

BEW, kendati perokok berat semasa mudanya, selalu bugar dengan fisik tangguh. Dia amat jarang sakit. Namun, usia yang merayapinya, khususnya setelah istri yang teramat dicintainya berpulang sekian tahun lalu. Derajat kesehatan BEW perlahan berkurang. Merokok stop total. Keluar-masuk rumah sakit mulai jadi rutinitasnya. Dua tahun belakangan, almarhum bahkan mulai wajib hemodialiasis atau cuci darah, dua kali seminggu.

Medio 2022, saya sempat membesuk di rumah sakit, didampingi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek, Dokter Lukman Pura, KGH, spesialis ginjal dan jantung. Saya nyeletuk: Kalau merokok, kita sakit paru-paru, Pak. Tapi berhenti merokok bikin kita sakit rupa-rupa. BEW, juga dr Lukman, terbahak. Beliau melupakan komplikasi penyakitnya sebentar.

BACA JUGA: Dukungan Terhadap Anies Terus Mengalir, Posko Pilihan Rakyat Diresmikan

BACA JUGA :  Herman HN Bertemu Surya Paloh Terkait Pilkada Gubernur Lampung

28 Februari 2023 kemarin, saya dipanggil beliau. “Mas Heri dipanggil Ayah sekarang. Ayah mau cerita banyak. Kemarin pas ke sini kan gak ketemu, bentrok dengan jam cuci darah. Katanya mau kasih tugas juga,” pesan Dede Safara Wijaya.

Saya pun melesat lari. Masih di ruangan VIP 8 RSAM, seperti tahun sebelumnya. “Her, mata saya sudah tak lagi bisa melihat. Tapi masih banyak isi pikiran saya. Kamu mau membantu?” Pasti mau, Pak. Lalu dia menyergah cepat, “Kamu sanggup saya tugaskan?” Sanggup! kataku dengan kuat. Dalam hatiku, apa pun akan kulakukan asal beliau tenang hatinya, merasa senang, lalu cepat sembuh.

Perintah apa itu, Pak. Saya mulai tak sabar karena beliau tampak sejenak berpikir. Saya pun mendekatkan telinga, tapi urung. Suara beliau masih baik terdengar.

BACA JUGA :  Polisi Ringkus Tiga Pelaku Perampokan Uang 50 Jutaan di Braja Selebah, Dua Pelaku Ditembak

BACA JUGA: Imbas Tragedi Kanjuruhan, Presiden RI Perintahkan Kompetisi Liga 1 2022 PSSI Dihentikan Sementara

“Saya ingin kamu menulis. Tentang saya. Tentang jejak kewartawanan saya. Tulis dengan gaya Heri Wardoyo, jangan dengan gaya lain. 150-an halaman saja. Cuma kamu yang saya anggap mewarisi gaya penulisan saya,” kalimatnya bergetar. Titik air di ekor mataku terbit, cepat kuusap. “Pasti, Pak. Siap, Pak. Izin, saya merekam perintah Bapak ini via telepon.”

Ya silakan.

Jekrek. Perekaman dimulai. BEW meminta saya memulai buku yang kelak ditulis tersebut dengan cerita saat beliau wartawan di Medan, lalu diajak Surya Paloh memperkuat Harian Prioritas di Jakarta sebagai redaktur khusus. Kantornya di kawasan Gondangdia, Cikini, markas DPP Partai Nasdem sekarang.