Selain “multiplier effect” seperti pemberdayaan masyarakat di sektor ekonomi, kehadiran Cikeas sebagai destinasi wisata air juga sangat berkait dengan tatakelola dan pelestarian lingkungan kawasan sungai.
Sebagaimana diketahui, Sungai Cikeas menjadi sarang limbah industri tahu, tempe dan juga kerap dipenuhi sampah bambu.
Walau tidak terlalu besar dibanding Sungai Cileungsi yang berada berimpitan, limbah industri skala kecil yang volume limbahnya tidak besar dan dibuang ke sungai serta sampah bambu yang kerap memenuhi badan sungai dirasakan masyarakat sangat mengganggu. Ini lantaran Sungai Cikeas hanya seluas 11.500 hektare, hampir separuh luas Sungai Cileungsi yang mencapai 26.000 hektare.
“Dengan menjadikannya sebagai kawasan wisata, persoalan limbah dan sampah bambu menahun ini akan teratasi dengan sendirinya,” papar Puarman.