Opini

Haji dan Politik Identitas Global

×

Haji dan Politik Identitas Global

Sebarkan artikel ini
Momen istimewa saat Anies Baswedan bertemu dengan Puan Maharani diselamatkan menunaikan ibadah haji 1444 H/2023- foto Ist
Momen istimewa saat Anies Baswedan bertemu dengan Puan Maharani diselamatkan menunaikan ibadah haji 1444 H/2023- foto Ist

Oleh : Yusuf Blegur

WAWAINEWS.ID- perasaan gelisah dan takut terhadap narasi politik identitas di sebagian kalangan umat Islam.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Padahal itu menjadi framing dan stereotif kekuasaan beserta cecunguk buzzer dan infuencer bayaran untuk melemahkan umat Islam.

Sejatinya umat Islam harus bangga dan menjadikan politik identitas sebagai instrumen kekuatan sosial, politik dan ekonomi dalam membangun rakyat, negara dan bangsa Indonesia.

Islam memang luar biasa. Begitu mengagumkan, menjelajah ke kedalaman ruang batin dan menembus jiwa pada setiap yang bernyawa.

BACA Juga : Buku Yusuf Blegur ‘Jokowi Pahlawan atau Penghianat’ Diapresiasi

Menjadi agama yang melampau batas-batas alam semesta dan makhluk hidup di dalamnya.

Islam menjadi tuntunan dan jalan keselamatan umat manusia di dunia dan kelak dalam kehidupan berikutnya (akherat).

Islam telah sempurna dan mencukupkan, mengusung keimanan dan akal, ia memanjakan setiap jasad dan ruh yang melekat pada setiap identitas dan eksistensi manusia yang menganutnya.

Baca Juga : Anies Adalah Kehendak Sejarah

BACA JUGA :  Berkumpulnya Semangat Perlawanan

Dengan hakikat penghambaan menuju capaian keselamatan kebahagiaan. Islam menjadi sebuah ajaran yang integral komprehensif dan kepatutan konsep kafah bagi pemeluknya.

Sebagai sebuah keyakinan trasedental, agama Islam yang mengedepankan wawasan Tauhid dalam Berketuhanan, menjadi agama yang bersandar pada keharmonisan keimanan (ghoib) dan rasionalitas (akal).

Tak ada yang tak bisa dijelaskan dalam Islam, baik terkait materil dan non materil serta spiritual maupun scientifis.

Berkiblat pada Allah yang Azza wa jalla serta mengikuti jejak langkah Nabi mulia Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, Islam juga senantiasa menyajikan utamanya tema peribadatan dan masalah-masalah keumatan.

Baca Juga :Benny BP2MI Minta Jokowi Tegakkan Hukum, Apa Presiden Berani?

Islam telah nyata dan tegas mengatur tata cara berkehidupan yang diikuti dengan larangan dan kebebasan, tentang surga dan neraka, tentang “punish and reward“, termasuk tentang kepemimpinan dan soal-soal kerakyatan.

Semua tentang nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan dan semesta alam, dalam setiap tarikan napas dan interaksi, dari soal-soal politik, ekonomi hukum dlsb.

Islam juga tak luput mengatur tata cara dan gaya hidup seseorang mulai saat bangun tidur hingga beraktifitas dan tidur kembali, dari hidup menuju kematian hingga dibangkitkan kembali.

BACA JUGA :  Anies Dalam Politik Kebangsaan atau Politik Keagamaan?

Menjadi populasi muslim terbesar di dunia, Islam di Indonesia memiliki potensi dan tantangan tersendiri.

Baca Juga: Adem, Bacapres Anies dan Ganjar Foto Bersama di Jamuan Raja di Mina

Terlebih saat mayoritas umat Islam secara empiris dan historis menjadi entitas sosial politik yang signifikan melahirkan NKRI.

Konstruksi republik yang terbentuk dari bangunan Panca Sila sebagai falsafah negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi yang menjadi sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.

Tak bisa dibantah dan dinafikan sebagai sebuah toleransi terbesar dan pemakluman tak ternilai dari umat Islam sepanjang sejarah kelahiran dan tumbuh-kembangnya negara dan bangsa Indonesia.

Baca Juga : Ribuan Keluarga Calon Jemaah Haji Padati Jalan Raya Komplek Pemkab Tanggamus

Jiwa besar dan karakter legowo pemimpin dan ulama terlihat salah satunya seperti yang tertuang dalam piagam Jakarta 1945.

Pekik merdeka dan takbir Allahuakbar, menjadi ornamen paling fundamental dan kekuatan revolusioner yang mengiringi struktur sosial dan politik rakyat dalam masa perjuangan pergerakan dan capaian kemerdekaan Indonesia.

BACA JUGA :  Jokowi Tidak Akan Netral Demi Negara, Berarti Anies Musuh Negara?

Peran pemimpin, ulama dan habaib yang menorehkan tinta emas dalam masa pergerakan kemerdekaan Indonesia, tak akan bisa dihapus dalam sejarah sampai kapanpun.

Ada basis material dan spiritual yang melekat pada rakyat yang terjajah, yang mampu membebaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing yang menjadi anasir kolonialisme dan imperialisme saat itu.

Baca Juga: Jusuf Kalla, La Ode Umar dan Politik Identitas

Pekik merdeka dan takbir Allahuakbar itu menjadi simbol kesadaran sekaligus menyatukan perlawanan rakyat Indonesia terhadap dominasi dan hegemoni kekuatan kapitslistik yang ekspansionis dan superior di bumi nusantara.

Boleh jadi pekik merdeka dan takbir Allahuakbar itu menjadi kesadaran dan perlawanan yang kekal yang menjadi senjata pamungkas melawan penjajahan modern dari kapitalisme dan komunisme yang membonceng pada kolonialisme dan imperialisme yang tak pernah mati juga di dunia, selama keserakahan ada pada manusia.

Momentum Haji dan Meluruskan Politik Identitas