Scroll untuk baca artikel
Info WawaiPersona

Mantan Supir Angkot Ini Masuk Daftar 50 Orang Terkaya Dunia

×

Mantan Supir Angkot Ini Masuk Daftar 50 Orang Terkaya Dunia

Sebarkan artikel ini
Prajogo Pangestu

Di sela-sela pekerjaan itu, Prajogo bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, bernama Burhan Uray.

Dari pertemuan itu, pada 1969 Prajogo lantas memutuskan bergabung di perusahaan milik Burhan, yakni PT Djajanti Grup.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

BACA JUGA: Imbas Kenaikan BBM, Angkot di Tanggamus Mogok Tuntut Ongkos Naik Rp5000

Lantaran etos kerja yang tinggi, Prajogo pun berhasil mendapatkan jabatan General Manager Pabrik Plywood Nusantara setelah tujuh tahun mengabdi pada grup yang menaunginya tersebut.

Hanya setahun saja Prajogo menjabat sebagai GM Djajanti Group. Ia putuskan resign dan membeli sebuah perusahaan yang sedang krisis finansial. Nama perusahaan tersebut adalah CV Pacific Lumber Coy.

BACA JUGA :  Tata Cara Perpanjangan SIM Online Via Aplikasi 'Sinar'

Prajogo meminjam sejumlah dana pada sebuah bank untuk membeli perusahaan kayu ini.

BACA JUGA: Gandeng Organda, Polrestro Bekasi Data  Sopir Angkot

Hebatnya, ia dapat mengembalikan pinjaman tersebut hanya dalam kurun waktu satu tahun. Perusahaan inilah yang kemudian berubah nama menjadi PT Barito Pacific.

Pada masa orde baru, perusahaan ini maju pesat menjadi perusahaan kayu terbesar di Indonesia.

Namun kesuksesan ini tidak menghentikan langkah Prajogo untuk terus berkembang.

BACA JUGA: Mengenang Angkot Jurusan Metro-Pugung di Lampung

Selanjutnya, ia melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrichemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.

Perusahaannya Barito Pacific Timber telah melakukan go public pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada 2007.

BACA JUGA :  Gegara Hal Sepele, Sesama Satpam di Bengkulu Duel hingga Tewas

BACA JUGA: Angkot Online, Mulai Beroperasi di Bekasi

Pada 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di BEI. Pada 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021.

Pada 2023, Prajogo juga telah membawa dua perusahaannya,PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), melantai di bursa RI. Kini BREN tercatat sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, menyalip PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). (*)