Scroll untuk baca artikel
Budaya

Menyoal Kelawar, Kudapan Khas Sekampung Limo Mego

×

Menyoal Kelawar, Kudapan Khas Sekampung Limo Mego

Sebarkan artikel ini

wawainews.ID, Lamtim – Tayangan Jejak Petualang di salah satu stasiun televisi nasional dengan menayangkan kuliner budaya “Kelawar” kudapan khas Sekampung Limo Migo, Lampung Timur, mendapat respon keras dari kalangan tokoh adat setempat.

Mereka mengecam tayangan tersebut, karena tidak sesuai dengan kemurnian khas “Kelawar” istilah nama makanan yang menjadi tradisi untuk disajikan dalam setiap acara besar orang Lampung di Sekampung Limo Mego itu sendiri.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA
Tokoh adat Sekampung Limo Mego, berkumpul membahas soal tayangan kudapan tradisi kelawar yang disimpangkan dari keasliannya Jumat (13/9/2019) (f. Ist)

Kelawar merupakan salah satu Kudapan besar bagi warga di Sekampung Limo Migo, meliputi desa Toba, Gunung Sugih Besar, Gunung Raya, Peniangan dan Batu Badak. Kelawar dulu selalu dinikmati dalam acara besar seperti pernikahan, cuakan meghanai dan lainnya.

Kudapan khas Kelawar dalam tayangan komersil tersebut dirubah, mulai dari cara pengolahan bumbu dan ciri khas campurannya seperti daging kambing, sapi atau ayam dirubah dengan daging hewan bersayap kelelawar yang jauh dari kemurnian kudapan khas itu sendiri.

Hal tersebut tentunya telah mengundang reaksi sejumlah tokoh adat Sekampung Limo Migo. Kemaren para tokoh adat di Sekampung Limo Mego berkumpul. Mereka membahas dan meyayangkan tampilan tersebut karena jauh meyimpang dari kemurnian Kelawar yang menjadi kudapan tradisi Sekampung Limo Mego itu sendiri.

Diketahui tayangan pada salah satu stasiun televisi melalui acara Jejak Petualang di Lampung Timur, dalam konten pembahasan kuliner pada sisi menampilkan kelawar dengan menggunakan daging kelelawar yang tidak dikenal sama sekali dalam makanan khas itu sendiri.

Begitupun, cara pembuatan dianggap tidak mengacu pada kemurnian rempah Kelawar sebenarnya. Harusnya jangan menggunakan nama Kelawar sebagai ciri khas kudapan yang ada di wilayah setempat. Sehingga orang yang melihat tayangan tersebut akan beranggapan kelelawar menjadi ciri khas makan Lamtim.

Kejadian itu membuat tokoh adat bersepakat melakukan somasi terkait kejadian tersebut. Para tetua adat bermaksud ingin meluruskan kelawar makanan khas Sekampung Limo Migo sebenarnya karena telah disimpangkan oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Girimulyo selaku promotor pembuatan kuliner dengan berbahankan hewan bersayap kelelawar tersebut.

“Kami sepakat memanggil pendamping acara jejak petualang yang mengubah ciri khas Kelawar menggunakan Kelelawar tersebut. Itu kudapan khas yang sudah turun temurun dan belum pernah kami menggunakan kelelawar,”ujar Hasan Basri Pangeran Paku Bintang, mewakili Hi.Subir Bandar Marga Sekampung.

Dikatakan bahwa penyimbang adat akan melayangkan surat somasi sebagai bentuk protes kepada mereka yang telah menyalahgunakan nama kelawar kudapan tradisi dengan menggunakan binatang bersayap seperti kelelawar.

Menurutnya, pihak Pokdarwis Girimulyo, tidak paham makan khas Lampung tersebut dan menghargai budaya tradisi leluhur orang lampung sendiri.

“Harusnya mereka menghargai dan mau bertanya kepada tokoh adat jika ingin menampilkan makanan khas Lampung. Mereka ga paham sehingga jadinya semaunya sendiri mengubah makan tradisi yang turun temurun itu,” jelasnya mengaku mengganti menu baku Kelawar bentuk pelecehan budaya. (Red)