Scroll untuk baca artikel
Opini

NU, Tambang, dan Mesin Peradaban

×

NU, Tambang, dan Mesin Peradaban

Sebarkan artikel ini
Abdul Rohman Sukardi
Abdul Rohman Sukardi

Sementara itu, kekayaan NU terdistribusi sebagai aset anggotanya. Berupa pesantren-pesantren, masjid-masjid dan madrasah-madrasah. Tidak terkonsolidasi sebagai asset kelembagaan sebagaimana terjadi pada Muhammadiyah.

Keanggotan NU diikat kesamaan value (nilai). Secara fiqh menginduk pada 4 madzhab Mu’tabar. Imam Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hambali. Secara tauhid, mengacu konsepsi ijtihad Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Sedangkan secara tasawuf merujuk Imam Ghozali.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Walau masing-masing anggotanya memiliki kemandirian asset, warga tetap terikat NU dalam satu orientasi gerakan keagamaan yang sama. Ahlus Sunnah Waljamaah An Nahdiyah.

Keunggulan NU terletak pada penguasaan secara disiplin terhadap khasanah keilmuan klasik bersanad. Disiplin itu mampu meyakinkan banyak orang, bahwa ajarannya otentik. Terjaga dari penyimpangan orisinalitas ajaran Islam.

BACA JUGA :  Arinal: Sebagai Tuan Rumah, Semua Pihak Harus 'all out'

Metode dakwahnya inklusif. Memiliki tradisi keagamaan yang mengakar dan membudaya. Seperti pada kegiatan tahlilan, yasinan, sholawatan, semaan Al Qurán.

Inklusifitas itu manjadikan NU mampu diterima khalayak luas dan menghimpun keanggotaan dalam jumlah besar. Kini ia tumbuh menjadi ormas Islam dengan keanggotaan terbesar di dunia.

Kelemahaannya terletak pada kemampuan manajerial secara merata. Mulai Pengurus Besar hingga ranting.

Keluasan keilmuan dan keislaman para pengurus NU pada semua tingkatan belum diiringi kemampuan manajerial secara efektif. Akibatnya belum mampu mengkonsolidasi dan menggerakkan potensi besar keanggotaan yang ada.

Secara logika, sepuluh persen saja dari keanggotaan yang mencapai lebih 100 juta itu melakukan iuran 1 juta per tahun. NU akan mampu menghimpun dana 10 T per tahun. Potensi kekuatan finasialnya cukup besar. Bisa dilakukan untuk percepatan agenda-agenda keummatan.

BACA JUGA :  Program Kemenkop, Hanya Mengulang Kebijakan Lawas

Potensi itu kini belum tergarap. Oleh kendala kualitas manajerial organisasi yang masih harus ditata.

Disinilah strategisnya konsesi tambang itu bagi NU. Melalui konsesi tambang, ia memiliki business center mandiri. Keuntungan bisnisnya sebagian untuk upgrade kemampuan manajerialnya. Melalui upgrading manajemen organisasi secara periodik dan sistematis pada semua tingkatan organisasi.

Ketika problem manajerial teratasi, NU akan berubah menjadi kekuatan orkestrasi pembangunan peradaban yang sangat efektif. Baik skala nasional. Maupun skala global. Mesin peradaban itu bisa digerakkan maksimal. Bagi pembangunan peradaban muslim Indonesia. Maupun dalam kacah lebih luas.

Soal teknis bagaimana? Apa mampu mengelola tambang itu?.

Tentu ini bukan tahun 80 an lagi. Kader-kader NU sudah ebih maju dari yang dibayangkan. Maka berikan kesempatan ia menghidupkan mesin pembangun peradabannya. Jangan selalu under estimate lagi pada kekuatan satu ini. ***

Yusuf Blegur
Opini

Disampaikan Oleh Yusuf Blegur WAWAINEWS.ID – Ketika aparat…