Uncategorized

Sejarah Hidup Ryamizard Ryacudu: Dulu Kawan Prabowo, Kini Beda Kubu

×

Sejarah Hidup Ryamizard Ryacudu: Dulu Kawan Prabowo, Kini Beda Kubu

Sebarkan artikel ini
Ayah Ryamizard Ryacudu adalah jenderal loyalis Sukarno. Di masa muda, Ryamizard adalah kawan Prabowo meski kini berseberangan

wawainews.ID – Andika Perkasa akhirnya jadi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) sejak 22 November 2018. Menantu Jenderal A.M. Hendropriyono ini sebelumnya menjabat Panglima Kostrad, meski hanya beberapa bulan. Dalam sejarah Angkatan Darat, banyak mantan Panglima Kostrad yang menjadi Kasad. Selain itu Andika pernah menjabat Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres). 

Kasad yang bisa disamakan dengan jalan hidup Andika Perkasa adalah Jenderal Ryamizard Ryacudu. Sebelum jadi Kasad, Ryamizard juga Panglima Kostrad. Kesamaan berikutnya: dia juga menantu jenderal. Bahkan Ryamizard sendiri adalah anak jenderal.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Menurut Amiruddin Sormin dalam 100 Tokoh Terkemuka Lampung (2008: 233-234), sebelum kuliah di Akabri Ryamizard adalah lulusan STM jurusan mesin. Dia bisa dianggap sebagai jenderal yang hampir sempurna. Semua tahu dia memulai karier dari bawah. Lulusan Akabri 1974 ini seperti kebanyakan lulusan Akabri lainnya: pernah menjadi komandan peleton di awal karier. Ryamizard pernah jadi komandan peleton di Kodam Tanjungpura.

Kodam Tanjungpura cukup bersejarah bagi keluarganya. Ayahnya, Musannif Ryacudu, pernah jadi panglima di sana. Musannif juga bukan orang sembarangan di Sumatra bagian selatan. Musannif Ryacudu sudah jadi nama belakang kesohor selama berpuluh tahun di Sumatra Selatan dan Lampung. Keluarga Ryacudu masih kerabat dari pendiri Universitas Bandar Lampung, Barusman.

Ayahnya Didikan Jepang dan Loyalis Sukarno

Way Kanan saat ini adalah sebuah kabupaten di Provinsi Lampung. Di pusat kota kabupaten berdiri patung Musannif Ryacudu. Ini tidak aneh karena dari kabupaten inilah akar keluarga Musannif Ryacudu. Musannif lahir di Pasir Bahuga, Mesirilir, Way Kanan. Mengenai tanggalnya, Harsya bachtiar dalam Siapa Dia Perwira Tinggi TNI AD (1989: 267) menyebut dia lahir pada 28 Februari 1923. Sementara Amiruddin Sormin menyebut dia lahir pada 28 Februari 1924 (hlm. 51).

Nama Musannif setidaknya diabadikan sebagai nama rumah sakit dan nama jalan. Ada rumah sakit dengan nama Ryacudu di Kota Bumi, Lampung Tengah. Sementara itu di Palembang ada Jalan Mayor Jenderal Musannif Ryacudu yang melintasi Jembatan Ampera.

BACA JUGA :  Staf Dewan Halmahera, Meninggal Dalam Kamar Hotel di Bekasi

Musannif Ryacudu dibesarkan dalam keluarga yang cukup terpandang. Amiruddin Sormin menyebut dia pernah sekolah di HIS dan MULO. Musannif pernah jadi juru tulis sebelum masuk militer. Dia mengenal dunia militer setelah Jepang masuk, ketika militer Jepang di Sumatra membentuk tentara sukarela yang disebut Gyugun. Para calon perwira Gyugun dilatih di Pagaralam, Sumatra Selatan.

Bersama Pangeran M. Emir, Alamsyah Ratu Perwiranegara, dan lannya; Musannif dilatih di sana selama tiga bulan. Setelahnya, Alamsyah dan Musannif ditugaskan di Krui, Lampung Barat. Mereka jadi komandan.

“Suatu hari di pertengahan tahun 1944, seorang prajurit peleton Ryacudu melarikan diri,” tulis Alamsyah dalam memoarnya, Perjalanan Hidup Seorang Anak Yatim Piatu (1995: 35).

Peristiwa itu membuat Letnan Morie, komandan Jepang mereka, menampari para perwira, termasuk Alamsyah dan Ryacudu.

Setelah Gyugun dibubarkan, Alamsyah dan Musannif berada di sekitar Lampung Utara. Mereka berdua ikut membentuk Penjaga Keamanan Rakyat (PKR). Dengan Musannif sebagai ketua dan Alamsyah sebagai wakilnya. Di masa Revolusi, mereka ikut melawan masuknya tentara Belanda di Sumatra bagian selatan. Musannif sempat menjadi Komandan Batalyon 32.

Ryacudu berpangat kapten setelah tentara Belanda angkat kaki. Lalu mayor jelang pecahnya PRRI. Karier militernya terus merangkak hingga brigadir jenderal. Ketika berpangkat itu, Musannif menjadi Panglima Kodam Tanjungpura di Kalimatan Barat.

Di era 1960-an Musannif adalah perwira yang setia dan patuh kepada Sukarno sebagai Presiden dan Panglima Tertinggi. Kebijakan Sukarno banyak yang diperjuangkannya, termasuk Konfrontasi Dwikora. Dalam pleidoi Omar Dani, Tuhan, Pergunakanlah Hati, Pikiran dan Tanganku (2001) yang disusun Benedicta A. Surodjo dan J. M. V. Soeparno, diceritakan bagaimana kekecewaan Musannif pada atasan yang dianggapnya menghambat Operasi Dwikora dengan tidak menyalurkan dana semestinya. Disebut dalam buku itu, atasan yang dimaksud adalah Jenderal Abdul Haris Nasution (hlm. 54).

“Ryacudu beserta istrinya, diam-diam menyediakan dana untuk Operasi Dwikora. Mereka tidak pernah menceritakan hal itu dan tidak pernah mempublikasikan bahwa mereka mendanai operasi ini,” tulis buku tersebut.

BACA JUGA :  Pemilih Dihimbau Tetapkan Pilihan Sebelum Masuk TPS

Musannif yang terlahir sebagai anak orang kaya di Way Kanan, rupanya beristrikan anak angkat konglomerat Palembang, Bajumi Wahab.

Suatu kali, Musannif marah besar ketika ada orang meragukan pemikiran Sukarno. Ketika itu Panglima Komando Mandala Siaga (Kolaga) selesai berpidato di Banjarmasin dan hendak pulang. Terdengar oleh telinga Komodor Leo Wattimena dan Musannif celetukan Brigadir Jenderal Soemitro, yang ketika itu menjadi Panglima Kodam Mulawarman di Kalimantan Timur.

“Apa itu? Menteri kok hanya bicara masalah Nasakom? Apa itu Nasakom,” kata Soemitro, yang katanya salah satu perwira cerdas di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SSKAD) tahun 1950-andi Bandung.

Mendengar omongan Soemitro, Leo jadi tidak enak karena atasannya di Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) disudutkan. Kala itu Laksamana Muda Udara Omar Dani merangkap juga sebagai Menteri Panglima Angkatan Udara (Menpangau).

Bukan perwira AURI yang melawan omongan Soemitro, tapi Musannif, seorang jenderal Angkatan Darat. Musannif yang tiba-tiba berdiri dan membuat kursi terpelanting pun membela konsepsi Sukarno dan secara tidak langsung membuat orang yang mencemooh Omar Dani kena batunya.

“Siapa yang berani menentang Nasakom, akan berhadapan dengan saya, Ryacudu!” katanya dengan keras sambil menepuk dadanya.

Sementara itu Soemitro, yang belakangan menjadi Pangkopkamtib, hanya diam membisu.

Loyalitasnya kepada Sukarno membuat komplotan G30S mencatut nama Musannif sebagai salah satu anggota Dewan Revolusi yang diumumkan pada 1 Oktober 1965. Menjadi Sukarnois tak selalu bagus buat Musannif. Setelah Sukarno dilengserkan, jabatan panglima Kodam hilang darinya. Dia dijadikan staf di Komando Antar Daerah (Koanda). Musannif rupanya bernasib seperti Sukarnois lainnya: dia dianggap dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Menurut Alamsyah, ada isu yang menyebut ketika menjabat Panglima Tanjungpura, Musannif terlalu dekat dengan Ketua PKI Kalimantan Barat. Alamsyah juga mengaku dirinya berusaha membersihkan nama baik Musannif yang aslinya bukan komunis. Tapi Musannif akhirnya dibebastugaskan juga.

BACA JUGA :  Ryamizard: Kasus Kivlan Zen, Harus Ikuti Prosedur Hukum

Di tahun 1970-an dia tak di militer lagi. Meski begitu, putra sulungnya, Ryamizard Ryacudu, bisa masuk Akabri Darat di Magelang. Tak semua jenderal yang disingkirkan Soeharto punya anak yang bisa masuk Akabri.

Waktu di Akabri, Ryamizard, seperti teman-teman sebayanya, juga punya gejolak darah muda. Di Lembah Tidar itu, dia termasuk kawan Prabowo Subianto Djojohadikusomo. Menurut Hermawan Sulistyo, Ryamizard pernah membolos bersama Prabowo ke Jakarta dan ketahuan Gubernur Akabri. Untung tidak dikeluarkan dan Ryamizard bisa lulus pada 1974 bersama Prabowo.

Dia tidak banyak tingkah waktu dinas sebagai perwira. Dia hanya memosisikan diri sebagai tentara yang, jika perlu, sesangar Rambo. Korpsnya adalah Baret Hijau, Queen of Battle.

Ryamizard punya kaitan erat dengan Jenderal Try Sutrisno. Putri Try Sutrisno, Nora Tristyana, dinikahi Ryamizard sekitar awal 1990-an. Waktu itu Try Sutrisno adalah Panglima ABRI. Mau tidak mau, anak jenderal Sukarnois ini pun tidak jauh-jauh dari pucuk kepemimpinan Orde Baru. Di tahun 1990-an, sebagai perwira menengah, karier Ryamizard tergolong bagus.

Baca juga: Try Sutrisno: dari Zeni, Ajudan Soeharto, ke Panglima ABRI

Ryamizard pernah bertugas di Timor Timur sejak muda. Dia menjadi Komandan Batalyon Infanteri 305/Tengkorak. Selain itu dia pernah menjadi Komandan Brigif Kostrad, lalu Komandan Divisi dan Kepala Staf Kostrad.

Di masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri, Ryamizard menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat sebagai Kasad. Dia sempat digadang menjadi Panglima TNI di akhir masa jabatan Megawati si anak Sukarno. Namun, di masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, Endriartono Sutarto diperpanjang masa jabatannya.

Setelahnya Ryamizard tak jadi Panglima TNI. Posisinya sebagai menantu Try Sutrisno tidak jadi jaminan. Bahkan dengan SBY yang sezaman di Akabri Magelang, Ryamizard tidaklah dekat. Ketika Joko Widodo jadi presiden, barulah dia dapat jabatan yang tidak kalah dari Panglima TNI, Menteri Pertahanan. (tirto.id – pet/ivn)

Artikel ini sudah tayang di tirto.id
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Ivan Aulia Ahsan