LAMTENG – Masih ingat batu meteoer yang ditemukan karena menimpa rumah warga di Lampung Tengah, akhirnya laku Rp300 juta.
Tapi oleh Pemilik batu meteor sebagian besar uang tersebut di sedekahkan untuk bangun masjid dan jalan yang berlobang di kampungnya.
Sukirno membagi hasil penjualan batu meteornya buat bangun masjid Rp200 juta, tambal jalan kampung Rp20 juta, dan sisanya, Rp80 juta, buat pengobatannya Rp80 juta.
“Rencana, pembangunan masjid sehabis lebaran nanti sedangkan perbaikan jalan sudah disiapkan materialnya,” kata Kepala Dusun V Mulyodadi, Kampung Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Edi Kurniawan, Rabu (31/3).
Menurut Edi, orang asing yang membeli batu meteor tersebut tiga pekan lalu.
Awalnya, Sukirno ingin menjualnya untuk kebutuhan keluarga dan sisanya buat naik haji bersama isterinya. “Kalo cukup untuk saya dan istri naik haji,” katanya, Rabu (10/2).
Dia mengaku sempat bingung buat apa batu yang disimpannya tersebut. “Saya cuma petani biasa, tidak tahu batu itu mau diapakan. Kalau saya simpan juga untuk apa,” katanya.
Sebelumnya, Kamis (28/1), pukul 22.30 WIB, diiringi suara dentuman, sebongkah batu meteor menimpa rumah Sukirno.
Tim peneliti dari Institut Teknologi Sumatera (Itera) telah memastikan batu yang menghantam rumah Sukirno adalah sisa batu meteor yang sampai ke bumi atau meteorit.
Kedua peneliti: Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan Robiatul Muztaba, SSi, MSi dan peneliti Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL) Danni Gathot Harbowo, SSi, MT.
Robiatul Muztaba mengatakan batuan yang ditemukan warga memiliki kandungan logam atau lebih dikenal dengan stony-iron, serta sisi hitam akibat gesekan dengan atmosfer.
Selain itu, batuan tersebut mengandung unsur hidrat yang memicu oksidasi dengan ditunjukkan adanya bagian batu yang berwarna kekuningan. Batu juga memiliki kandungan air, tapi bukan jdari Bumi.
“Batu tersebut mengandung logam atau stony-iron, uji dengan magnet, dan ketika ditemukan pemilik rumah, batu tersebut dalam kondisi hangat gesekan dengan atmosfer.” tambahnya.
Robiatul Muztaba menduga suara dentuman yang terdengar oleh warga saat jatuhnya meteorit tersebut merupakan sebagai fenomena fireball.
Ditambahkannya, fenomena hujan meteor memang terjadi sepanjang Januari 2021. Puncak hujan meteor terjadi pada 3-4 Januari lalu.
(Sumantri)