wawainews.ID, Lamtim – Petani jagung, di Kampung Sidomono, Desa Gunungraya, Kecamatan Margasekampung, Kabupaten Lampung Timur, mengeluhkan serangan hama ulat yang menyerang tanaman jagung mereka.
Serangan hama tersebut menyasar batang pohon jagung dan juga buah jagung muda. Akibatnya pohon jagung patah dan roboh, dampak lain akibat terserang ulat berdampak pada mutu jagung menjadi rendah.
Baca Juga: Nasib Petani, Harga Gabah Kering di Lamsel Anjlok
Berbagai cara telah dilakukan petani dalam mengatasi serangan ulat tersebut dengan cara penyemprotan berbagai jenis merek obat hama. Tetapi tidak memberi dampak positif bagi tanaman jagung petani wilayah setempat, ulat tersebut masih memakan batang dan buah jagung muda bahkan semkain banyak.
“Hama ulat tersebut menyerang tanaman jagung yang baru tumbuh sampai hampir berbuah, berbagai cara telah dilakukan untuk mengusir ulat tersebut tapi bukannya mati, malah sebaliknya ulat kian banyak,”ungkap Abdul (40) Petani Jagung mengaku bingung kepada bagaimana mengatasi hama tersebut Wawai News, Minggu (23/6/2019).
Menurutnya, dengan kondisi saat ini, dia memperidiksi petani jagung pada musim ini akan mengalami gagal panen. Abdul, memperkirakan 80 persen petani jagung di wilayahnya akan mengalami kerugian akibat serangan hama ulat yang tidak bisa diatasi.
Dia berharap Pemerintah Kabupaten Lampung Timur, melalui dinas terkait bisa memberikan solusi dan turun ke lapangan melihat langsung kondisi jagung petani yang terserang hama ulat.
“Saya berharap pemerintah, dapat mendengar keluh kesah nasib petani yang terancam gagal panen. Hingga memberi solusi bagi petani untuk tidak gagal panen,”tandas Abdul.
Dia mengaku selama ini belum ada perhatian dari pemerintah Kabupaten Lampung Timur, terutama kepada perani jagung yang dikelola warga tempatan. Harusnya imbuh dia pemerintah hadir ditengah petani untuk melakukan sosialisasi cara agar petani di Lamtim bisa sejahtera.
Diketahui harga jagung kering di Lamtim saat ini dibeli pengepul dengan harga kurang dari Rp.3000. Petani di Margasekampung ataupun Sekampung udik melakukan penanaman Jagung secara mandiri tanpa ada bantuan pemerintah.(Abu Umar)