Scroll untuk baca artikel
Zona Bekasi

Heboh! Warga Bekasi Bayar Rp 15 Ribu Demi Kupon Daging Kurban, Membuat Pemerintah Geram

×

Heboh! Warga Bekasi Bayar Rp 15 Ribu Demi Kupon Daging Kurban, Membuat Pemerintah Geram

Sebarkan artikel ini
viral tebus daging Rp15 ribu

KOTA BEKASI – Video viral di media sosial memperlihatkan hal yang mengiris hati dimana warga Cikiwul harus membayar Rp 15.000 hanya untuk mendapatkan satu bungkus daging kurban telah mencoreng nama baik Kota Bekasi.

Sesutu yang seharusnya menjadi momen penuh syukur dan kebahagiaan berubah menjadi kutukan karena warga Bekasi yang geram atas penarikan uang Rp15 ribu untuk satu kupon yang disebut-sebut “wajib” dibeli jika ingin menerima hak mereka.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Hal itu memantik kemarahan. Bukan hanya dari warga, tapi juga dari pemerintah setempat. Sosok yang disebut berada di balik kisruh ini adalah Tarmin, Ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) wilayah Cikiwul.

BACA JUGA :  SK Dirut PDAM Oleh Bupati Bekasi, Disoal

Bukannya menyalurkan amanah, ia justru menarik pungutan dari masyarakat yang seharusnya menjadi penerima manfaat kurban.

“Benar adanya bahwa Ketua IPI, Pak Tarmin, melakukan penjualan kupon pembagian daging kurban sebesar Rp 15 ribu kepada masyarakat,” tegas Camat Bantargebang, Cecep Miftah Farid, dalam pesan WhatsApp kepada wartawan, Minggu (8/6/2025).

Menurut Cecep, pihaknya termasuk RT, RW, lurah hingga camat sama sekali tidak diberi tahu soal mekanisme tersebut. Praktik itu, menurutnya, jelas bertentangan dengan semangat dan esensi dari ibadah kurban itu sendiri.

“Kurban itu tentang berbagi. Dagingnya harus diberikan kepada yang berhak, bukan dijadikan komoditas. Ini soal kemanusiaan, bukan dagang sapi,” katanya penuh keprihatinan.

BACA JUGA :  Penunjukan Pemenang Proyek PSEL Kota Bekasi Terus Disuarakan, LINAP : Tunjukkan Pembanding

Sementara dikonfirmasi terpisah, Lurah Cikiwul, Acep Supriyadi, mengaku langsung turun tangan. Ia menyambangi kediaman Tarmin untuk meminta penjelasan.

Dikatakan Tarmin berdalih bahwa ia menerima tiga ekor sapi dari donatur, namun tanpa dana tambahan untuk biaya penyembelihan dan distribusi.

“Katanya nggak ada yang bantu potong, jadi dia akalin sendiri dengan jual kupon. Tapi ya tetap aja, ini kurban. Nggak boleh begitu,” ujar Acep dengan nada kecewa.

Acep bersama warga mengecam keras perbuatan tersebut. Baginya, tidak ada alasan yang cukup kuat untuk mengubah makna suci kurban menjadi ajang cari untung.

“Orang kurban buat berbagi, kok malah warga dimintain duit? Salah tetap salah,” lanjutnya.

BACA JUGA :  Pemberdayaan Ekonomi Pesantren, IPI Buka Peluang Bisnis

Ibadah kurban, yang seharusnya menjadi simbol cinta, syukur, dan solidaritas terhadap sesama, kini ternoda oleh praktik pungutan. Di tengah kesulitan ekonomi, bahkan daging kurban yang menjadi harapan sebagian warga kurang mampu pun kini harus dibeli.

“Kurban itu tentang syukur, tentang menyentuh hati mereka yang tak mampu. Bukan soal seberapa banyak yang kita sembelih, tapi seberapa ikhlas kita berbagi,” ucap Cecep dengan nada menyesal.

Peristiwa ini membuat Acep mempertanyakan kembali posisi IPI di wilayahnya. Ia meminta agar organisasi itu dikaji ulang dan dievaluasi secara menyeluruh, agar peristiwa serupa tidak terulang di masa mendatang.***