Scroll untuk baca artikel
Agama

Mengetahui Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

×

Mengetahui Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Sebarkan artikel ini

wawainews-id-455098.hostingersite.com – Pada Kamis (29/10) ini, sebagian umat Islam merayakan peringatan Maulid Nabi untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad. Bahkan, sudah sejak lama di negara kita Maulid Nabi menjadi hari libur nasional.

Memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut sebagai Maulid Nabi telah menjadi semacam tradisi bagi umat Islam di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Peringatan Maulid Nabi pada 12 Rabiul Awal menjadi momen untuk membangkitkan dan menjaga semangat Nabi dalam diri umat.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Kendati telah menjadi semacam tradisi, memang masih terjadi silang pendapat tentang kapan sebenarnya Maulid Nabi mulai diperingati umat Islam. Jika ditelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi tidak ditemukan pada masa sahabat, tabiin, hingga tabiit tabiin, dan empat imam mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Ahmad).

Mereka adalah orang-orang yang sangat mencintai dan mengagungkan Nabi Muhammad SAW. Mereka pula kalangan yang paling bersemangat dan menghayati setiap ajaran-ajaran yang diwariskan olehnya.

Beberapa kalangan berpendapat bahwa Maulid Nabi pertama kali muncul pada zaman Shalahuddin al-Ayyubi (1193 M). Shalahuddin disebut menganjurkan umatnya untuk melaksanaan perayaan Maulid Nabi guna membangkitkan semangat jihad kaum Muslim. Kala itu, Shalahuddin dan umat Islam memang berada dalam fase berperang melawan pasukan atau tentara Salib.

Kendati demikian, pendapat tersebut juga masih diperdebatkan. Mereka yang menolak bahwa Shalahuddin sebagai pelopor maulid beralasan, tidak ditemukan catatan sejarah yang menerangkan perihal Shalahuddin menjadikan Maulid Nabi sebagai bagian dari perjuangannya dalam Perang Salib.

BACA JUGA :  Jamaah Calon Haji Usia 119 Tahun dari Pemekasan, Simak Kisahnya!

Menurut beberapa pakar sejarah Islam, peringatan dan perayaan Maulid Nabi dipelopori oleh Dinasti Ubadiyyun atau disebut juga Fatimiyah (silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah). Al Maqrizi, salah satu tokoh sejarah Islam mengatakan, para khilafah Fatimiyah memang memiliki banyak perayaan sepanjang tahun.

Antara lain perayaan tahun baru, hari Asyura, Maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Ali Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Syaban, perayaan malam pertama Ramadan, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, perayaan malam Al Kholij, perayaan hari Nauruz (tahun baru Persia), dan lainnya. (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)

Asy Syekh Bakhit Al Muti’iy, seorang mufti dari Mesir, dalam kitabnya Ahsanul Kalam (hal.44) juga menyebut, yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid, salah satunya adalah Maulid Nabi adalah Al Mu’izh Lidnillah (keturunan Ubaidillah dari Dinasti Fatimiyah) pada 362 Hijriah.

Selain mereka, dalam beberapa buku sejarah juga disebutkan bahwa Dinasti Fatimiyah memang yang menginisiasi perayaan Maulid Nabi. Perlu diketahui sebelumnya, pemerintahan Fatimiyah berdiri pada 909 Masehi di Tunisia. Enam dekade kemudian, mereka memindahkan pusat kekuasaan ke Kairo, Mesir. Dua tahun setelah masuknya Shalahuddin al-Ayubbi ke Mesir, yakni sekitar tahun 1171, Dinasti Fatimiyah runtuh.

BACA JUGA :  Aplikasi SIMAS Kini Tampilkan Informasi Bantuan Masjid Musala, Kepoin Yuk!

Adanya perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah disebutkan antara lain oleh dua sejarawan dan ilmuwan pada masa Dinasti Mamluk, beberapa abad setelah masa hidup Shalahuddin. Salah satu sejarawan tersebut adalah yang telah disebutkan sebelumnya, yakni al-Maqrizi (1442) dan al-Qalqashandi (1418).

Al-Qalqashandi menyebutkan tentang perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah secara ringkas dalam kitab Subh al-A’sya jilid III (1914: 502-3). Perayaan itu dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awwal, dipimpin oleh Khalifah Fatimiyah dan dihadiri oleh para pembesar kerajaan seperti Qadhi al-Qudhat, Da’i al-Du’at, dan para pembesar kota Kairo dan Mesir. Acara tersebut diterangkan dibuka dengan pembacaan ayat suci Alquran dan khutbah oleh tiga penceramah.

Kendati terdapat sumber referensi yang menyebutkan bahwa Dinasti Fatimiyah yang pertama kali menghelat Maulid Nabi, tetapi hal tersebut juga masih diperdebatkan. Sebab, Ibn Jubair ketika melakukan perjalanan hajinya melalui Mesir pada tahun 1183, tidak menyebutkan ada kebiasaan maulid di sana.

Saat itu sudah dua belas tahun sejak runtuhnya Dinasti Fatimiyah dan Mesir telah diperintah oleh Shalahuddin. Pada Rabiul Awwal tahun itu, Ibn Jubair (w. 1217) masih belum menyeberang dari Mesir menuju Jeddah.

Jika kebiasaan maulid di Mesir merupakan kebiasaan yang populer di tengah masyarakat sejak masa Fatimiyah, dan kemudian bersambung pada masa Shalahuddin, rasanya kecil kemungkinan hal ini akan terlewat dari pengamatan Ibn Jubair untuk kemudian ia tuangkan di dalam buku perjalanannya (The Travels of Ibn Jubayr/ Rihla).

Menurut Profesor Quraish Shihab ada dua jawaban yang dapat mencerirltakan awal mula maulid nabi. Pertama ketika nabi bersyukur atas kelahirannya kepada Allah SWT. Rasa syukur itu dilakukannya dengan cara berpuasa pada hari Senin.

BACA JUGA :  Menag Sebut Panduan Ibadah Tak Berlaku di Wilayah Zona Oranye dan Merah

“Dalam (riwayat hadist) shahih muslim di tanya nabi (oleh sahabat) ‘kenapa nabi berpuasa pada hari senin’. Beliau menjawab ‘itulah hari dimana aku lahir’,” ujar Quraish saat berbincang diacara Shihab dan Shibab dalam akun YouTube Najwa Shihab yang dilihat wawai, Kamis (29/10/2020).

Kedua, merujuk ke zaman Rasulullah jauh sebelum diangkat menjadi rasul dimana saat hari kelahirannya, ada orang yang bergemberia menyambutnya yakni Abu Lahab.

Bahkan dikisahkan kata Quraish, saat itu Abu Lahab setelah mendengar kabar kelahiran nabi dari seseorang ia langsung memerdekakannya dari budak.

“Abu Lahab oleh Al-Abbas paman nabi. Bahwa beliau bermimpi melihat Abu Lahab dikatakan bagaimana keadaannya mu ‘saya seperti yang engkau lihat tersiksa tetapi setiap hari Senin Allah meringankan siksanya kepadaku karena aku bergembira kelahiran Nabi Muhammad,” ujarnya.

Namun demikian Quraish mengatakan, awal mula perayaan maulid nabi dengan aneka hiasan baru dimulai pada zaman Dinasti Abbasiah di zaman Khalifah Al-Hakim Bilah, yang merayakan maulid bersama permaisuri, lengkap dengan pakaian yang indah.

“Dari sini kemudian sampai sekarang di Mesir hal itu diperingati dalam bentuk membuat boneka-boneka dari manisan. Disitu digambarkan permaisuri dengan pakaian putihnya, ada khalifah dengan naik kuda sebagai bentuk kesyukuran, peringatan mendidik anak-anak mencintai rasul ini kemudian berkembang di mana-mana,” tandasnya.(*)