Scroll untuk baca artikel
Agama

Tarian Sufi, Gerakan Berputar Menuju Kedamaian Spiritual

×

Tarian Sufi, Gerakan Berputar Menuju Kedamaian Spiritual

Sebarkan artikel ini
Tarian Sema, Foto: Ist

WAWAINEWS.ID – Tarian Sufi, yang dikenal sebagai Whirling Dervishes atau Sema, merupakan bentuk meditasi fisik yang berasal dari tradisi tasawuf atau sufisme, cabang mistisisme dalam Islam.

Dikutip dari Priangan, tarian ini dikembangkan oleh Jalaluddin Rumi, seorang penyair dan sufi terkenal dari abad ke-13. Rumi meyakini bahwa melalui gerakan berputar, seseorang dapat mencapai kondisi spiritual yang lebih dalam serta merasakan hubungan yang lebih dekat dengan Sang Pencipta.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Para penari, yang dikenal sebagai Semazen, melakukan gerakan berputar tanpa henti mengikuti irama tertentu sebagai bentuk meditasi dan pengabdian. Pakaian yang dikenakan oleh para penari pun memiliki makna simbolis yang mendalam.

BACA JUGA :  Peringatan Isra Mikraj, Menag: Ini Pesan Terpentingnya Adalah Tegakkan Salat

Topi memanjang (sikke) melambangkan batu nisan para wali dan sufi di Timur Tengah, sementara jubah hitam yang dikenakan di awal pertunjukan menggambarkan kematian ego dan keterikatan duniawi.

Saat jubah hitam dilepas, penari menampilkan tenur putih, yang melambangkan kain kafan sebagai pengingat akan kefanaan manusia dan ajakan untuk melepaskan diri dari ikatan duniawi.

Di Indonesia, Tarian Sufi tidak hanya hadir sebagai ekspresi seni tetapi juga menjadi bagian dari berbagai perayaan keagamaan.

Berdasarkan laporan Tempo.co, pada peringatan satu abad Nahdlatul Ulama (NU) di Sidoarjo, Jawa Timur, sebanyak 200 penari Sufi menampilkan tarian sepanjang 2 kilometer di sepanjang Jalan Pahlawan.

Penampilan ini pun berhasil memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI), menegaskan bahwa Tarian Sufi memiliki tempat istimewa dalam perayaan budaya dan keagamaan di Tanah Air.

BACA JUGA :  Haul ke-15 Gus Dur, Menag Kenang Cikal Bakal IAIN jadi UIN

Tak hanya dalam acara besar, Tarian Sufi juga berkembang dalam komunitas lokal. Misalnya, di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Al Mubarokah, Boyolali, Jawa Tengah, para santri mempelajari Tarian Sufi sebagai sarana untuk mengembangkan bakat seni sekaligus melatih ketenangan diri melalui gerakan yang meditatif.

Tarian Sufi bukan sekadar seni pertunjukan, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Gerakan berputar yang dilakukan para penari melambangkan perjalanan spiritual manusia menuju Tuhan—melepaskan diri dari ikatan duniawi dan mencapai kesatuan ilahi.

Dengan demikian, Tarian Sufi tidak hanya memperkaya khazanah budaya Islam tetapi juga menawarkan jalan bagi individu untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui seni dan meditasi.***