Scroll untuk baca artikel
Budaya

Menguak ‘Tiyuh Silep’ di Desa Gunung Sugih Besar, Lampung Timur

×

Menguak ‘Tiyuh Silep’ di Desa Gunung Sugih Besar, Lampung Timur

Sebarkan artikel ini
Way Tawan, salah satu tempat pemandian tua yang berlokasi di Tiyuh Tuho. masih terjaga sebagai sumber mata air yang bersih sampai sekarang

“Banyak cerita mistis, yang masih terjadi sampai sekarang di sekitar Tiyuh Tuho, yang dialami warga. Bahkan dulu era tahun 70-an, setiap hajatan ada warga bisa meminjam alat untuk adat secara gaib, bahkan kerap terdengar dari kampung seperti ada giat tarian khas Lampung dari lokasi itu,”ujar Udin warga setempat bercerita, walluhualam.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Hal lain, jelasnya, dulu jika melintas di lokasi Tiyuh Tuho itu sendiri tidak dibolehkan menyebut Asma Allah. Jika hal itu dilanggar banyak kejadian aneh yang bisa dialami. Tapi itu dulu, itupun jelasnya wallahualam.

BACA JUGA : Desa Induk Gunung Sugih Besar Masih Susah Sinyal Internet, Padahal Bukan Desa Terluar

BACA JUGA :  Suttan Paduka Mangku Alam Resmi Jadi Pemimpin Baru Marga Buay Belunguh, Umbul Buah

Hal yang tidak kalah menarik adalah cerita soal masuknya agama Islam di Desa Gunung Sugih Besar, karena dikisahkan jauh telah memeluk agama islam sebelum disebarkan oleh Maulana Hasanuddin dari Banten. Tidak ada cerita sedikitpun ada jalur islam disebarkan dari Banten di wilayah desa Gunung Sugih Besar.

Melainkan Islam di Desa Gunung Sugih Besar, disebarkan oleh Tuan Sayih, Puanan Balak, Tuan Tsigaret. Tuan Sayih lah yang pertama kali membangun Langgar (Mushalla) di desa itu hingga sekarang berkembang jadi Masjid. Tuan Sayih sendiri mengenal islam dalam pengembaraannya di tengah laut.

BACA JUGA :  Rycko Menoza Dikukuhkan sebagai Ketua Umum Majelis Penyimbang Adat Lampung

Konon dikisahkan saat Tuan Sayih, melihat ada empat orang tengah salat ditengah laut, lalu ia pun menghampiri keempat orang itu dengan maksud untuk uji kesaktian. Semua pusaka yang dibawanya, ditusukkan kepada empat orang alim ditengah laut itu tapi tidak satupun yang dimempan. Hingga akhirnya setiap senjata yang dibawa Tuan Sayih tidak mempan dibuang ke laut.

BACA JUGA : Kenakan Pakaian Adat Limo Migo, Ratu Inten Buka Festival Budaya Tradisional Purbakala

Setelah keempat orang alim itu menyelesaikan salatnya, lalu berkata kepada Tuan Sayih semua ilmu yang dimiliki itu tidak ada gunanya. Kemudian Tuan Sayih diajak memeluk islam dan di bawa ke Mekah. Sekembalinya dari Mekah ia membawa mimbar dan tongkat untuk khotbah, kemudian mengajak Ayahnya Tuan Tsigaret dan Kakak Iparnya untuk memeluk Islam dan menyiarkan Islam di Gunung Sugih Besar dengan pertama membangun Langgar tempat ibadah. Wallahualam.

BACA JUGA :  Wanita Hebat di Balik Museum

BACA JUGA : Mengenal Adat ‘Muli Aris Mekhanai Aris’ di Sekampung Limo Mego

Cerita berkembang Konon mimbar dan tongkat biasa untuk khotbah jumat pun di masjid atau lebih dikenal dengan bahasa kampungnya tongkat ‘CIS’ tersebut langsung di bawa Tuan Sayih dari Mekah, dan sampai sekarang masih tersimpan dengan rapih di majid di kampung itu wallahualam.

Catatan Budaya Redaksi Wawai News, cerita diambil dari berbagai narasumber