Scroll untuk baca artikel
EkonomiLingkungan Hidup

Proyek Rp 91 Triliun Ubah Sampah Jadi Energi: Dari Bantar Gebang ke Era Baru “Listrik Aroma TPA”

×

Proyek Rp 91 Triliun Ubah Sampah Jadi Energi: Dari Bantar Gebang ke Era Baru “Listrik Aroma TPA”

Sebarkan artikel ini
Kondisi kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Sumur Batu, Bantar Gebang, Kota Bekasi, (foto_wwn)
Kondisi kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Sumur Batu, Bantar Gebang, Kota Bekasi, (foto_wwn)

JAKARTA — Pemerintah akhirnya menekan tombol start untuk proyek ambisius waste to energy (WTE) program yang menjanjikan “sampah tak lagi jadi beban, tapi sumber daya baru.”

Proyek ini digarap oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), dengan target awal di 10 titik kota besar, termasuk TPA Bantar Gebang, Bekasi, ikon nasional dalam urusan tumpukan aroma dan volume.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyebut proyek ini sebagai langkah strategis untuk mengubah gunungan sampah menjadi energi, bukan sekadar berita tahunan tentang krisis TPA.

“Alhamdulillah tahun ini kita dengan Danantara sudah dapat skema pembiayaan, sehingga penanganan sampah bisa dimulai di 34 kabupaten dan kota. Sepuluh titik pertama sudah siap dibangun, termasuk di Bantar Gebang,” ujar Prasetyo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, dilansir Wawai News, Minggu 19 Oktober 2025.

Jika berjalan mulus, proyek ini akan menjadi pembuktian bahwa sampah bukan cuma bahan gunjingan warga, tapi juga bisa menyalakan lampu rumah tangga.

CEO BPI Rosan Roeslani menjelaskan bahwa investasi proyek waste to energy ini menelan biaya jumbo: sekitar Rp 91 triliun. Angka itu setara dengan membangun ribuan pabrik, atau kalau mau sinis, cukup untuk membeli seluruh kantong plastik di negeri ini selama satu dekade.

“Total investasinya kurang lebih Rp 91 triliun untuk 33 daerah. Tapi bisa lebih, karena tiap kota punya timbunan sampah berbeda. Satu daerah bisa punya lebih dari satu PSEL (Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik),” jelas Rosan saat menghadiri Indonesia International Sustainability Forum (ISF) di Jakarta Convention Center, pada Jumat (10/10/2025) lalu.

Tahap awal pembangunan dimulai di 10 kota besar: Tangerang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali, dan Makassar kota-kota yang dikenal bukan hanya karena pariwisatanya, tapi juga karena “kontribusi bau khas” dari TPA masing-masing.

Dari Beban Lingkungan ke Bisnis Energi

Konsep waste to energy sebenarnya sudah lama berputar di ruang rapat pemerintah, tapi baru kali ini tampak mulai “mendarat.” Selama ini, tumpukan sampah di kota besar tumbuh lebih cepat dari laju pertumbuhan penduduk dan jauh lebih sulit diatur.

Kini, pemerintah mencoba mengubah paradigma: dari “masalah bau” menjadi “bisnis baru”.

Di balik jargon “energi berkelanjutan,” publik masih menunggu pembuktiannya: apakah proyek ini sungguh akan menghasilkan listrik, atau sekadar menghasilkan peresmian baru dan deretan spanduk hijau bertuliskan Go Green.

Dengan nilai investasi Rp 91 triliun, harapan publik cukup sederhana:

  • Listrik menyala,
  • Bau tak lagi menggila,
  • dan proyek tak berakhir jadi foto groundbreaking semata.

Jika berhasil, Bantar Gebang akan naik kelas dari simbol krisis lingkungan menjadi “pembangkit harapan nasional.” Tapi kalau gagal, mungkin kita akan punya satu istilah baru: “Energi Terbarukan, Bau Tak Pernah Hilang.”

Proyek WTE ini bukan sekadar soal teknologi. Ini ujian: apakah bangsa yang selama ini pandai membuang bisa akhirnya belajar mengolah.

Karena mengubah sampah jadi energi itu penting tapi yang lebih penting lagi adalah memastikan energi itu tak ikut terbuang dalam birokrasi dan retorika.***

SHARE DISINI!