LAMPUNG BARAT – Giliran gajah membuat resah warga di Kecamatan Suoh dan BNS, Kabupaten Lampung Barat setelah dihebohkan oleh harimau. Rombongan gajah terlihat mendekati kawasan perkebunan warga pada dua hari ini.
“Urusan harimau belum selesai. datang gajah dan beruang. Inilah konflik manusia dengan hewan,” ujar Mukhlis Basri, anggota DPR RI asal Dapil Lampung 1 yang juga berasal dari kampung dekat kawasan di Kabupaten Lampung Barat, dilansir Wawai News, Minggu (31/3/2024).
Informasi Apriyan Sucipto, SH, MH dari BKSDA Bengkulu SKW III Lampung, BBTNBBS dan BKSDA Bengkulu Skw III Lampung, bersama TNI, Polres Lampung Barat, pemda dan masyarakat setempat melakukan penghalauan satwa gajah agar kembali ke habitatnya.
Pihaknya juga mendatangkan Tim Mahout beserta gajah dan tiga personel yakni Supriyadi, Miskun dan Dwi dari Resort Pemerihan. Dia berharap mampu, menggiring satwa gajah untuk kembali ke habitatnya, yakni Hutan Konservasi TNBBS.
Beberapa wilayah Sumatera Selatan diketahui menjadi habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus).
Karena habitatnya yang semakin menyempit dan terfragmentasi, keberadaan mamalia raksasa ini mengalami keterancaman, katanya. Beberapa kasus konflik antara manusia dan hewan liar teridentifikasi sebagai habitat mereka.
6 Kandang Jebak
Hingga Sabtu (30/3/2024) enam kandang terpasang aktif di beberapa lokasi untuk menangkap harimau yang memangsa dua warga hingga meninggal di Suoh dan Bandar Negeri Suoh (BNS), Kabupaten Lampung Barat.
Perinciannya, empat kandang besi dan dua kandang rakitan hasil inisiatif dari Taman Safari Indonesia (TSI), Bogor, Jawa Barat.
Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) III Lampung, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Apriyan Sucipto, berdasarkan hasil kesepakatan Tim Gugus Tugas Tim Terbagi menjadi tiga dengan tugas masing masing yakni Tim 1 Susur Tapak Satwa harimau Sumatera, Tim 2 Verifikasi dan Instal Kandang Jebak di sekitar temuan tapak, dan Tim 3 Blokade dan sosialisasi ke masyarakat untuk penanggulangan konflik satwa.
Meski harimau belum tertangkap, menurut Apriyan Sucipto, pihak SKW III Lampung sudah bekerja semaksimal mungkin.
“Sebagai upaya penanggulangan konflik satwa di Suoh dan BNS, SKW III bersama tim Gugus Tugas sudah bekerja sesuai prosedur yang disepakati antara TNI, POLRI, TNBBS, TSI, Pemda Kabupaten Lampung Barat, dan jajarannya,” kata Apriyan Sucipto, dalam siaran pers, Sabtu (30/3/2024).
BKSDA Minta Sugeng Mengklarifikasi
Melalui siaran pers itu, BKSDA Bengkulu SKW III Lampung, mengharapkan tokoh masyarakat Suoh, Sugeng yang juga Anggota DPRD Kabupaten Lampung Barat, untuk dapat mengklarifikasi pernyataannya di media sosial tentang BKSDA yang lepas tanggung jawab tenkait mitigasi konflik satwa harimau Sumatera di Suoh Kabupaten Lampung Barat.
Pemberitaan negatif yang diutarakan Sugeng, menurut Apriyan Sucipto, tidak sesuai dengan fakta lapangan.
Pernyataan tersebut malah membuat gaduh suasana tim yang bekerja di lapangan.
“Sebaiknya Beliau tidak memberikan komentar negatif. Harusnya Beliau sebagai tokoh masyarakat dapat memberikan sikap positif yang bisa memberikan energi positif kepada tim dan menenangkan masyarakat setempat,” kata Apriyan Sucipto, menutup keterangan persnya.***