wawainews.ID, Lampung – Potret kemiskinan di Lampung Utara, dua kakak adik, Wagimin (35) dan adiknya Suyatno (30), terpaksa mengonsumsi daging kucing karena ketidakmampuan mereka membeli makanan. Hal tersebut membuat prihatin sejumlah pihak dan berinisiatif memberi bantuan makanan.
“Daging kucing itu mereka peroleh dari tepi jalan. Saya dan adik saya memang makan kucing mati dari pinggir jalan. Saya bawa pulang dan saya bakar untuk saya makan dengan adik saya,” tutur Wagimin.
Menurutnya, mereka memakan kucing mati itu tidak setiap hari dan bukan karena sudah terbiasa, namun karena saat itu tidak ada bahan makanan yang hendak mereka makan.
Kehidupan warga Jalan Jeruk Kelurahan Kelapa Tujuh, Kecamatan Kotabumi Selatan, meski sangat memprihatinkan, luput dari pantauan aparat pemerintah setempat.
Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Lampung Utara Ardiansyah dan Komunitas Jumat Berbagi (KBJ) menyambangi dan memberikan bantuan bahan pangan buat keduanya.
Menurut Ardiansyah, rumah yang saat ini ditempati Wagimin dan Suyatno merupakan warisan milik orang tuanya. Kondisinya juga tak kalah memprihatinkan.
“Rumah itu tanpa pintu dan jendela, hanya dibatasi potongan seng bekas untuk menutupi, tidak ada satu pun perabotan rumah tangga,” tutur Ardiansyah.
Koordinator KJB Lampura, Firmansyah, menyampaikan, jika keterbelakangan mental yang mereka idap selama ini hanya sewaktu-waktu saja kambuh. Dan ia memastikan, keduanya bukan sakit jiwa.
“Mereka bukan orang gila, depresi ringan yang sewaktu-waktu kambuh dan tidak mengganggu warga. Saya yakin, depresi yang dialami keduanya disebabkan faktor ekonomi,” ujar Firmansyah.
Saat dikunjungi, Wagimin dan Suyatno sedang memasak air dengan kayu bakar dan sebuah kaleng bekas.
Ini air buat saya minum, Pak,” sambut Wagimin sambil mempersilakan tim masuk ke dalam rumahnya.
Komunikasi sangat baik dan lancar, hal ini tentu menampik anggapan jika Wagimin adalah orang gila dan tim langsung menyerahkan berbagai bantuan sembako yang dihimpun dari para dermawan.
Saat kedatangan tim, adiknya sedang pergi main. Dalam kesehariannya, Wagimin bekerja sebagai pemulung barang bekas untuk dijual. Tampak tumpukan kardus dan berbagai botol plastik bekas di samping rumah.
Rumah kami ini peninggalan orang tua, Pak. Yah, beginilah. Kalau untuk tidur, yah, kami pakai kardus-kardus bekas. Kadang-kadang ada tetangga yang kasih kami makan, Pak,” ujar Wagimin. (hms)