Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle
“Ini adalah era baru untuk berdemo dengan cara berbeda. Tidak ada yang akan berubah jika orang bodoh masih diberi kekuatan yang sangat besar. Pemimpin tertinggi dalam teknologi harus ditugaskan kepada seseorang yang mengerti, bukan politisi dan bukan seseorang angkatan bersenjata. Karena mereka hanya orang-orang bodoh.” Ini petikan pesan Bjorka yang dimuat CNNIndonesia.
Pesan2 Bjorka menjadi hidup di dunia nyata setelah berbagai media mainstream memberitakan kemunculan Bjorka ini. Di dunia maya, kehadiran Bjorka sudah dibahas berhari-hari dengan total puluhan juta viewers, baik di tiktok, YouTube, tweeter, dlsb.
Jadi sangat penting bagi kita mengulas kehadiran Bjorka ini.
Bjorka, mengklaim memiliki data-data antara lain, data Presiden Republik Indonesia, Jokowi; memiliki data 1,3 milyar pelanggan seluler, memiliki data pembunuh Munir, data pemilih KPU, data Menkominfo, memiliki data Erick Tohir dan Puan Maharani.
Baca Juga : Bjorka si Pretas Kembali Berulah, Sebarkan Sejumlah Data Pribadi Pejabat
Dia mengancam akan membongkar dan terus membongkar data-data ini. Ketika Menteri Kominfo menyepelekan Bjorka, diberitakan Bjorka membocorkan data pribadi sang menteri di sebuah situs terkait Bjorka.
Alasan pombocoran informasi adalah dia melihat keadaan Indonesia sudah terlalu parah. Semua orang-orang yang bersuara memberikan kritik disingkirkan.
Hendrajit, ahli Global Strategic, menganalisa Bjorka tidak dapat dibandingkan dengan Assange, Wikileaks. Baik skala perang maupun ke autentikan isi bocoran. Wikileaks mempunyai skala global, anti kapitalisme. Data-data Wikileaks juga sangat fantastis.