Scroll untuk baca artikel
BeritaSosial

Hidup Miskin, Janda di Lampung Timur Bertahun-tahun Bertahan Tanpa Listrik di Gubuk Reyot

×

Hidup Miskin, Janda di Lampung Timur Bertahun-tahun Bertahan Tanpa Listrik di Gubuk Reyot

Sebarkan artikel ini
Kondisi rumah tinggal janda anak satu di Kecamatan Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur yang luput dari perhatian - foto doc ist
Kondisi rumah tinggal janda anak satu di Kecamatan Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur yang luput dari perhatian - foto doc ist

LAMPUNG TIMUR – Potret kemiskinan di Lampung Timur, Syamsiah (25) janda beranak satu hanya pasrah menempati gubuk reyot di salah satu sudut Desa Waringin Jaya, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur.

Ia tak pernah menikmati pemerataan pembangunan. Janda anak satu ini, bertahun-tahun terlupakan, tinggal di gubuk reyot dan nyaris roboh hanya berukuran 2 x2 meter tanpa penerangan listrik.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Gubuk reyot tersebut ditempat oleh Syamsiah bersama satu anak dan dua saudara laki-lakinya yang depresi.

Mereka terabaikan, ditengah program negara terus mendengungkan untuk mensejahterakan rakyat melalui berbagai kebijakan strategisnya. Tapi sepertinya, segala program pemerintah itu, tidak untuk Syamsiah dan dua saudara laki-lakinya.

Syamsiah hanya pasrah dengan keadaannya sejak ditinggal suami, saat ia masih mengandung anak semata wayang 8 tahunan lalu. Bertahun-tahun pula dia terlupakan, tanpa ada perhatian baik berobat gratis dan lainnya.

“Kondisi begini, dari dulu, tapi semua sepertinya ga ada yang peduli meski pun banyak yang tahu. Tidak ada bantuan, apa lagi perhatian,”papar Syamsiah pada Selasa 28 Januari 2025.

Mendapatkan kehidupan layak, ditengah pesatnya kemajuan teknologi saat ini adalah hal yang tak mungkin, bagi Syamsiah. Hal itu lah yang dia rasakan selama ini, meski pun dengan kondisi serba kekurangan, tidak ada satu pun mereka peduli.

BACA JUGA :  Polsek Sekampung Udik Santuni Warga Miskin

“Jangankan untuk membuat rumah yang layak huni, buat biaya kehidupan seperti makan sehari-hari aja masih senin-kemis,”ujarnya.

Tinggal di rumah tak layak huni, bersama satu anak dan dua orang saudara laki-laki. Rumah yang ditinggali saat ini pun lebih buruk dibandingkan dengan kandang ternak mereka yang mampu. Apalagi dibandingkan dengan kandang ternak ‘sultan’ salah satu anggota dewan di Desa Sidorejo yang menggunakan kayu hasil ilegal logging.

Kekinian, nasib Syamsiah mendapat perhatian dari Wadah Amal Sedekah Grup(ASG) Lampung Timur. Setelah mengetahui kondisi itu, langsung Gercep (Gerak Cepat) melakukan penggalangan dana.

ASG siap membantu membuatkan rumah layak huni, setelah mendatangi langsung kediaman Syamsiah. Sularno Ketua ASG di dampingi oleh Rizal aktivis sosial, beserta rekan-rekan di sambut hangat oleh Syamsiah beserta keluarga beberapa hari lalu.

Sularno mencoba mengetuk rasa empati semua pihak untuk melihat langsung kondisi rumah yang ditempati Syamsiah yang jauh dari kata layak. Sularno mengingatkan bahwa Syamsiah bersama keluarganya adalah manusia juga.

“Mereka punya hak hidup yang pantas di rumah yang layak”kata Sularno

BACA JUGA :  PMI Lampung Timur Salurkan Bantuan Sembako untuk Korban Banjir

Terlihat kondisi rumah Syamsiah yang berlantai tanah, tiang penyangga sudah lapuk, dinding bolong-bolong, atap bocor, tidak ada ruang tamu, kamar tidur, dapur, sumur, kamar mandi, listrik, kompor, alat memasak dan lain lain.

Terlihat hanya ada dua tempat tidur kecil diruang yang sempit, penuh tumpukan baju bekas dalam satu ruangan yang sempit.

“Ruang sempit itu, harus dihuni oleh empat orang manusia, layaknya seperti hewan, Yaa Allah..”ungkap Sularno.

Syamsiah juga sering sakit-sakitan, meski terbilang muda, penglihatan mulai buram akibat vertigo. Begitu juga kakaknya yang mengalami stres/depresi, akibat tekanan batin.

Lebih ironis lagi, tidak ada warga sekitar yang mau mempekerjakan mereka sebagai buruh tani atau buruh serabutan. Sementara mereka butuh hidup yang layak, makan minum untuk kelangsungan hidupnya.

Syamsiah tidak punya lahan untuk digarap, sedangkan lahan yang ditempati pun milik orang lain. Syamsiah tidak bisa berbuat banyak karena tidak punya modal untuk usaha, tidak punya kendaraan untuk transportasi.

Jangankan untuk modal usaha untuk berobat ke puskesmas saja, syamsiah tidak mampu karena tidak punya uang dan tidak punya jaminan kesehatan (BPJS).

Lengkap penderitaan Syamsiah, selain harus tinggal di rumah sempit tak layak huni berukuran dua kali tiga meter, dia tidak punya sumber penghasilan bagi keluarga. Tidak ada suami yang mendampingi, tidak ada orang tua tempat bergantung, tidak ada saudara yang bisa diandalkan untuk meminta pertolongan.

BACA JUGA :  Kualitas Beras BPNT di Way Gelang, Apek, Berkutu dan Kekuningan

Selain itu, Syamsiah juga terkendala berkenaan biaya pendidikan anaknya Naufal 8 th, saat ini kelas 1 SD itu pun masuk sekolah sudah terlambat dari usia normal, Syamsiah tidak punya uang untuk beli sepatu, baju, buku, apalagi jajan sekolah mesky Rp. 2000/hari, ini sangat memberatkan karena Syamsiah tidak punya sumber penghasilan.

Syamsiah hampir berputus asa untuk melanjutkan kehidupannya sebagai manusia makhluk Tuhan.

Ditengah sulitnya kehidupan yang dialami, dia tetap berusaha semangat, dihadapan anaknya. Syamsiah berusaha agar kuat menjalani hidup meskipun serba dalam kekurangan demi masa depan Naufal anaknya semata wayang ditinggal ayah sejak dalam kandungan tanpa kabar berita.

” Wahai teman-teman sahabat baik para donatur yang dermawan, mari kita bantu kehidupan Syamsiah agar bisa hidup lebih baik dan tinggal dirumah yang pantas. Tanpa dari dukungan kita semuanya maka Syamsiah sulit untuk bertahan menjalani kehidupannya” ucap Sularno.

Sularno berharap dengan adanya bantuan yang diberikan oleh para Sahabat Darmawan mampu mengeluarkan Syamsiah dari penderitaan yang dialaminya selama ini.***