Banyak para pedagang yang tertarik untuk bisa berjualan di lahan Abdurrahman. Mereka berbondong-bondong pindah ke pasar baru yang dikembangkan oleh Abdurrahman bin Auf. Hal itu membuat keuntungannya berlipat. Anehnya, semakin banyak harta yang dimiliki Abdurrahman, dia justru menangis khawatir.
“Suatu ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam berkata, Abdurrahman bin Auf akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya, sehingga dihisabnya paling lama. Mendengar hal tersebut Abdurrahman bin Auf pun berpikir keras, bagaimana caranya agar ia menjadi miskin supaya dapat memasuki surga lebih awal,” tuturnya.
Agar jatuh miskin, Abdurrahman bin Auf pernah menyedekahkan separuh hartanya. Setelah itu ia bersedekah lagi sebanyak 40.000 dinar yang kebanyakan harta bendanya diperoleh dari hasil perdagangan.
Abdurrahman bin Auf juga diceritakan pernah memberikan 200 uqiyah emas (1 uqiyah setara dengan kurang lebih 31 gram) untuk memenuhi kebutuhan logistik selama perang Tabuk. Saat ada seruan untuk berinfak dari Rasulullah SAW, ia tak pernah berpikir panjang dan ragu-ragu.
Begitupun saat perang Badar yang jumlahnya mencapai 100 orang, dia memberikan santunan 400 dinar kepada masing-masing veteran. Abdurrahman bin Auf juga menyumbangkan 40 ribu dinar, 500 ekor kuda, dan 1.500 unta untuk para pejuang.
Tidak hanya itu, dia juga pernah bersedekah dengan cara membeli kurma yang hampir busuk dari para sahabat di Madinah. Semua pedagang bergembira karena kurma mereka bisa dijual, begitupun Abdurrahman bin Auf yang senang dan berharap akan jatuh miskin.
Namun, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengaku berasal dari utusan Yaman. Dia memberitakan bahwa di negerinya sedang terkena wabah penyakit menular, sehingga rajanya mengutus dirinya untuk mencari kurma busuk.
Menurutnya, kurma busuk adalah salah satu obat yang bisa menyembuhkan dari penyakit menular itu. Akhirnya utusan raja Yaman tersebut memborong semua kurma milik Abdurrahman bin Auf dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.
Kedermawanannya itu tidak membuat Abdurrahman bin ‘Auf jatuh miskin, justru harta kekayaannya terus meningkat.
Di saat Abdurrahman bin Auf merelakan semua hartanya agar jatuh miskin, saat itu pula Allah memberikan limpahan harta berkali-kali lipat untuknya.
Baginya, warisan terbaik yang ditinggalkan pada keluarganya saat meninggal bukanlah harta atau kekayaan, melainkan ajaran Islam dan teladan dari Rasulullah SAW. Tak heran, jika dirinya banyak dicintai para sahabat lainnya. Apalagi, dirinya banyak berjasa menyumbangkan kekayaannya untuk Islam.
Abdurrahman bin Auf meninggal ketika berumur 75 tahun (ada juga yang mengatakan 72 tahun), pada tahun 31 H.
Namun pendapat lain menyebutkan tahun 32 H. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi yang diimami oleh Utsman bin Affan berdasarkan wasiatnya. Ia meninggalkan 28 anak laki-laki dan 8 orang perempuan. Abdurrahman bin ‘Auf masuk dalam deretan 10 sahabat nabi yang dijamin masuk surga.