KOTA BEKASI — Sorotan terhadap penataan transportasi berupa angkutan di Kota Bekasi kembali mencuat, namun kali ini muncul pembelaan yang cukup lantang dari seorang tokoh senior.
Mantan Ketua Organda Kota Bekasi, Ahmad Juaini, meminta semua pihak, termasuk Ketua Organda saat ini, agar jangan hanya bisa mengeluh dari balik meja.
Menurutnya, sebelum meminta bantuan untuk transformasi Angkot, sebaiknya pengurus Organda turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi riil dan melakukan penataan.
“Ayo turun ke lapangan! Jangan lihat daerah orang terus pengen copas ke Bekasi. Beda tempat, beda cerita. Lagi pula, Wali Kota Bekasi itu bukan orang baru di dunia angkutan. Beliau itu pakar angkutan, bukan abal-abal!” tegas Ahmad Juaini kepada Wawai News, Rabu, 18 Juni 2025.
Ahmad mengungkapkan, sejauh ini Pemkot Bekasi melalui Kadishub sekarang cukup memberi toleransi. Sehingga jangan membandingkan Kota Bekasi dengan Kabupaten Bogor. Harusnya bandingkan juga PAD dua wilayah ini.
“Angkot yang surat menyuratnya enggak jelas aja masih dibiarkan jalan. Itu bentuk kepedulian, bukan pembiaran,” katanya meminta sebelum membuat pernyataan harus tahu dulu biar tidak terkesan Asbun.
Menurutnya, sejarah angkutan di Bekasi sangat dinamis. “Dulu sebelum ada ojek dan angkot, becak yang merajai dan dengan perkembangan zaman ojek pangkalan mulai berkurang pendapatan.
Ia pun menceritakan kenapa Warna angkot merah bata, karena di Bekasi dulu tempatnya produksi bata merah. “Kita ini saksi hidup perkembangan itu,” ucap Juaini, mengingat masa-masa ia menjadi kenek K-39 dan aktif sebagai pengurus angkutan.
Seiring dengan perkembangan zaman seperti saat ini taksi Online serba digital tentu ini yang harus dicarikan solusi, dia pun mengajak contoh angkutan di Jakarta, kenapa harus membandingkan dengan Kabupaten Bogor.
Juani mengakui memahami betul akan mental sebagian pengemudi angkot yakni para rekan Sopir angkot itu sejatinya fighter, bukan peminta-minta. “Jangan cuma bilang minta subsidi, tata dulu armadanya. Jangan KIR aja enggak beres, tapi minta perhatian terus,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa angkutan harus beradaptasi dengan zaman. “Sekarang eranya digital, online transport lagi naik daun. Kalau angkot mau bersaing, ya harus berubah. Masyarakat itu butuh angkutan yang aman, nyaman, bukan sekadar ngebut dan nyetel dangdut keras-keras,” ujarnya.
Terkait rencana peremajaan angkutan, Juaini mengatakan pemerintah tak pernah melarang. “Kalau ada showroom atau leasing yang siap support, ayo saja. Tapi jangan semua diserahkan ke Pemkot. Ingat, pemerintah sekarang baru empat bulan jalan. Kasih napas dulu,” katanya.
Kadishub yang dinilainya selalu responsif terhadap keluhan sopir dan pengusaha angkutan. Terakhir, ia kembali menegaskan bahwa Wali Kota Bekasi bukan orang baru di dunia transportasi.
“Pak Wali dulu pernah punya angkot trayek K-10 B. Jadi, soal angkutan, beliau paham betul. Ini bukan wali kota kaleng-kaleng,” tegasnya.***