Oleh : Husnizar Hood
Kemarin saya diajak sebuah media nasional Tribun Batam dalam acara “Ngobrol Politik” dengan aplikasi zoom meeting. Diseberang saya selain ada moderator seorang wartawan senior ada juga pengamat politik Kepulauan Riau yakni Bung Endri Sanopaka, beliau adalah Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik Raja Haji Tanjungpinang, sosok yang cerdas dan juga lugas.
Apalagi kalau bukan temanya tentang rencana perebutan kekuasaan Partai Demokrat yang ambyar itu, ya gagal dilakukan oleh segelintir orang yang pernah berhutang budi dengan partai itu tapi kini sepertinya mereka sedang diserang amnesia, lupa, kalau diantara mereka pernah mengajukan berhenti dan juga diberhentikan oleh Partai Demokrat sementara sebagian lagi adalah orang kuat yang berada di dalam lingkaran kekuasaan kemudian ada juga beberapa lagi mereka yang berharap bisa masuk dalam lingkaran kekuasaan itu, biasalah, politik cari makan.
Konon kepada Partai Demokrat mereka ingin menabur budi tapi malah tertabur angin maka kini mereka sedang menuai badai. Bukankah pribahasa mengatakan “Siapa menabur angin maka dia akan menuai badai”.
Kenapa rencana “kudeta” itu gagal? Kalau mau mengambil istilah Rocky Gerung karena “Sudah terkena OTT duluan”.
Di awal ngobrol politik itu saya sudah dibombardir bertubi-tubi pertanyaan atau disuruh memberi tanggapan, Kenapa harus berlebihan seperti ini? Kenapa berani melawan Istana? Apakah sekedar cari panggung? Inikan masaalah internal? Ada apa di dalam demokrat? KLB kan diatur oleh AD/ART kenapa takut kalau solid? dan ada juga beberapa pernyataan lain yang membuat saya harus kerja keras mengingatnya supaya saya nampak fokus karena saya sadar saya sedang berada di depan kamera, saya harus terlihat smart menjawabnya.
“Tak ada yang berlebihan, apa yang dilakukan Ketua Umum kami Mas AHY saya pikir itu langkah yang tepat dan kami memberikan apresiasi karena beliau melakukannya dengan cepat dan terbuka yang akhirnya membuka semua mata kita, melihat bagaimana percaya dirinya mas AHY di depan kamera dan kemudian bagaimana kikuk dan canggungnya “pemain utama” drakor – bukan drama korea tapi drama politik kotor – itu berakting yang salting (salah tingkah) di depan kamera.
Nah itu maksud saya, yang harus saya hindari, saya tak boleh jadi seorang stand up comedy yang berakhir dengan stand up tragedy, Tidak lucu! Menyedihkan.
“Ini bukan respon yang berlebihan, tapi respon yang secukupnya mengimbangi langkah mereka yang berlebihan “Ngopi kok membahas KLB apalagi dengan KSP”, kalau saja ngopi luar biasa itu direspon dengan lambat oleh Partai Demokrat dan terus hanya bisik-bisik lewan pintu belakang, saya pikir Partai Demokrat hari ini sudah diterpa gelombang besar, sudah banyak contoh peristiwa politik belah bambu yang terjadi di negeri ini, bagaimana tidak, “ngopi” itu membahas dengan terstruktur, sistimatis juga masif yang jelas arahnya KLB, untuk kendaraan menjadi presiden 2024 dan itu konon katanya telah direstui oleh sesepuh, pini sepuh dan tentu saja “Ayah serta Bunda”.
“Ini bukan soal cari panggung, karena panggung Partai Demokrat itu jelas, kami membangun panggung itu bersama-sama, perang melawan pandemi Covid 19, terus menkampanyekan protokol kesehatan, bantu wifi gratis buat mereka yang belajar dari rumah
juga bina UMKM untuk ketahanan ekonomi masyarakat dan yang terakhir adalah Partai Demokrat peduli bencana, panggung kami sudah cukup besar.
“Dan itulah program yang setiap hari Ketua Umum Mas AHY gaungkan, tak bosan-bosan ia menggerakkan, beliau langsung yang minta laporan dari setiap daerah, eh, dalam kesibukan kami itu tiba-tiba datang laporan ada gempa kecil kami terima dari Hotel Aston Rasuna, untung tidak terjadi bencana”.
“Oke, KLB memang ada dalam AD-ART tapi saat ini apa yang luar biasa sedang terjadi di Partai Demokrat? kami tidak anti KLB, dulu ketika Partai Demokrat pernah terkena “bencana” kami laksanakan KLB sesuai mekanismenya, lalu hari ini tiba-tiba dihembuskan KLB? Itu bukan Kongres Luar Biasa tapi Kemaruk Luar Biasa namanya.
“Kongres Partai Demokrat ke V dengan terpilihnya Mas AHY menjadi ketua umum secara aklamasi itu tertanggal 15 Maret 2020, kongres yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat di JCC, di awal masa pandemi Covid 19 yang waktu itu kita haqul yakin akan bisa diatasi oleh pemerintah dengan satgasnya yang gagah, mengumumkan setiap sore “Pasien nomor sekian terpapar…”, dan sekarang pengumuman itu menghilang, kalau saja masih diumumkan juga mungkin sudah habis siaran TV belum selesai juga dibacakan jumlah pasiennya.
“Kami pulang ke daerah dan menjalani PSBB genap 3 bulan ikut anjuran di rumah saja, Mas AHY dengan berbagai cara melakukan komunikasi dan mencoba berinteraksi dengan jajaran pengurus DPD juga DPC, yang luar biasa adalah pernah sekali kami melakukan Rapat Koordinasi zoom meeting dengan 34 DPD juga 514 DPC begitu ramainya hari itu dunia maya diisi oleh Partai Demokrat.
Tak lama berselang musim
Pilkadapun tiba yang memerlukan banyak tenaga, pikiran, strategi juga analisa yang ekstra, alhamdulillah Partai Demokrat meraih kemenangan melebihi target yang diharapkan semua itu dibawah komando Mas AHY yang dengan sabar bertemu satu persatu para calon untuk memberikan arahan serta motivasi mereka berjuang.
“Dikarenakan wabah Covid 19 kemudian Pilkada serentak serta belum genap setahun kepemimpinan Mas AHY sebetulnya kami belum sempat berbulan madu dengan kepengurusan DPP periode sekarang ini, apalagi kebiasaan Mas AHY untuk keliling Nusantara belum terlaksana, semua daerah menunggunya karena itu ketika kabar “OTT” itu tersebar, semua jajaran DPD dan DPC serentak siap tegak berdiri, internal kami sangat solid. “Membujur lalu melintang patah”, itu sumpah setia di negeri kami, maknanya kalau membujur (sesuai aturan) akan kami ikuti tapi kalau melintang (menghalangi, diganggu) akan kami patahkan”.
Jadi tak ada hal yang luar biasa di partai ini malah yang luar biasa seperti yang saya katakan tadi, Mas AHY memberikan semangat baru kepada kami, tenaga baru dengan tenaga muda, capaian melebihi target pada Pilkada serentak 2020, konsisten dengan program melawan Covid 19 dan bina UMKM juga Peduli Bencana.
Semua itu menjadi begitu luar biasa karena bisa menggerakkan kader turun langsung dan menjadi luar biasa lagi karena bisa dirasakan masyarakat secara langsung karena kepedulian itu adalah harapan masyarakat dan harapan masyarakat itu adalah perjuangan Partai Demokrat.
“Kami bukan melawan Istana, bagi kami Istana juga adalah simbol rumah besar kita semua, tak ada kekuatan kami melawan Istana, kami hanya ingin bertanya kenapa ada orang Istana ngopinya kok jauh sekali, pembahasannya menjurus sekali, kalau misalnya mereka ngopi hanya bahas gimana supaya akting di depan kamera bisa natural, nampak cerdas dan juga berakal, siapa tau nanti mau jadi “content creator” kalau sudah turun dari kapal, kalau hanya itu kami pasti diam saja atau kami malah akan memberi ide-ide cemerlang, “Insya Allah elo, bisa gue jadikan ketua umum Partai Mabuk Kepayang”.
Sekretaris DPD PD Kepri