Opini

Satu Bulan Prabowo-Gibran

×

Satu Bulan Prabowo-Gibran

Sebarkan artikel ini
Prabowo memasang kuda-kuda sigap saat debat perdana Capres 2024 pada Selasa 12 Desember 2023, (foto_dww)

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi

WAWAINEWS.ID – Hari ini genap satu bulan. Prabowo-Gibran menjabat sebagai presiden dan wakil presiden.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Tidak ada program seratus hari, langsung kerja”, begitu kata seorang pejabat. Ketika ditanya apa program seratus hari kabinet.

Presiden Prabowo lugas dan konsisten mengemukakan visi kepemimpinannya. Daulat pangan, energi, air. Pemberantasan korupsi dan kejahatan.

Membangun SDM unggul. Memberantas kemiskinan. Konsisten dengan filosofi “menjadi tetangga yang baik untuk semua” dalam politik luar negeri.

Visi itu ia transformasi dan konsolidasikan melalui “Pembekalan Lembah Tidar”. Bagi anggota kabinet. Juga rakor kepala daerah.

Wapres Gibran mengemukakan sikap tegas: “Tidak ada visi lain selain visi Presiden Prabowo Subianto”.

Operasionalisasi visi oleh anggota kabinet itu bisa kita highlight. Menandai satu bulan rezim Prabowo-Gibran ini.

Pertama, agresivitas aparat penegak hukum. Khususnya kepolisian dan Kejaksaan Agung.

Mencuatnya kasus mafia hukum eks pejabat MA. Pembongkaran mafia pangan pada kasus mantan Menteri Perdagangan Tom Lembong.

BACA JUGA :  Prabowo Dinasihati Dokter Tifa untuk Jaga Kesehatan: Masih ada 4 Debat Lagi

Penangkapan pejabat Kominfo/Komdigi dalam kasus judi online. Ketegasan Kejaksaan Agung dalam pemberantasan korupsi aparat daerah dan desa.

TNI pun membuat satgas pemberantasan judi online dan korupsi. Tanda keseriusan rezim Prabowo-Gibran melawan korupsi dan kejahatan.

Apakah semua akan bersifat temporer. Atau bisa menjadi bukti keseriusan. Bahwa rezim ini sungguh akan memerangi kejahatan?.

Kita akan menyaksikannya bersama. Rakyat bisa menghujatnya jika keseriusan aparat hukum itu hanya bersifat temporer.

Agresivitas Kejaksaan Agung bukan saja membuat KPK kalah pamor. KPK nyaris “tidak ada bunyi”, begitu kata komentar-komentar jalanan.

Seharusnya keduanya berjalan beriringan. Kejaksaan Agung dan kepolisian fokus mengejar koruptor para aparat negara. KPK mengejar koruptor dari kalangan aparat penegak hukum.

Kedua, ketegasan kementerian pertanian memberantas mafia pupuk. Juga kasus “susu Boyolali”. Tindakannya memperoeh apresiasi positif dari kalangan petani.

Ketiga, penghapusan kredit macet petani dan UMKM. Bagi kalangan petani dan UMKM kebijakan ini bukti keberpihakan Presiden Prabowo Subiato. Kepada para petani dan pelaku usaha skala mikro.

BACA JUGA :  King Mikir, King Maker, King Makar

Keempat, kehadiran Presiden Prabowo ke forum internasional seperti APEC dan G20. Juga kunjungan ke negara-negara kunci. Seperti RRC, AS, Inggris dan negara-negara teluk.

Presiden Prabowo membawa pesan tegas. Indonesia sebagai tetangga yang baik untuk semua. Berjuang secara bersama-sama mengakhiri konflik.

Indonesia bisa menjadi kontributor menjawab tantangan global. Seperti krisis pangan dan perdamaian kawasan.

Tidak lupa Presiden Prabowo promosi investasi. Potensi ekonomi Indonesia sangat besar. Sedang tumbuh.

Terbuka partisipasi global untuk mengelolanya. Tentunya jika menguntungkan Indonesia.

Kelima, antusiasme sejumlah menteri kabinet melakukan terobosan. Seperti kementerian perumahan menghibahkan lahan pribadinya untuk perumahan rakyat.

Sayup-sayup juga terdengar ide membangun kampung haji di Mekah. Juga persiapan makan siang gratis.

Setidaknya itu yang bisa kita rekam dalam satu bulan pemerintahan Prabowo-Gibran. Di tengah gemuruh konstestan pilkada memperjuangkan kemenangannya masing-masing.

Permasalahan yang dihadapi pemerintahan Prabowo-Gibran masih sama.

BACA JUGA :  Prabowo Tegaskan Tempo Sesingkat-singkatnya Indonesia Harus Mampu Swasembada Pangan

Pertama, operasionalisasi visi besar presiden. Seberapa mampu masing-masing menteri kabinet menerjemahkannya.

Sebagian kementerian tampak bergerak cepat. Seperti kementerian pertanian. Sebagian lain masih tampak konsolidasi. Belum tampak aksi riilnya.

Kedua, problem kecepatan. Seberapa cepat menteri kabinet Prabowo-Gibran merealisasikan visi besar itu. Apa saja variabel penghambatnya.

Seberapa besar kapasitas kelembagaan dan SDM-nya efektif merealisasikannya. Seperti halnya target swasembada pangan dalam 3-4 tahun.

Ketiga, penyelesaian problem kelembagaan. Seperti seberapa cepat konsolidasi Struktur Organisasi dan Tata Kelola (SOTK). Kecepatan konsolidasi akan mempengaruhi seberapa efektif eksekusi kebijakan.

Terlepas itu semua, kabinet ini masih berusia satu bulan. Menghadapi beragam tantangan tidak sederhana. Terlalu dini membuat kesimpulan sebuah kinerja.

Satu hal, layak diberi apresiasi: kegairahan. Presiden Prabowo tidak berhenti kosolidasi dan membuat terobosan.

Bisa kita ikuti spirit itu dalam laporan-laporan kunjungan kenegaraannya. Begitu pula kabinetnya di dalam negeri.

ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 20-11-2024