Opini

Apa Kabar Edukasi Idiologi Bangsa?

×

Apa Kabar Edukasi Idiologi Bangsa?

Sebarkan artikel ini
Abdul Rohman Sukardi
Abdul Rohman Sukardi

Oleh: Abdul Rohman Sukardi

WAWAINEWS.IDItu salah satu pertanyaan tersisa. Dari sekian gemuruh kotestasi ide-ide, program dan kebijakan. Dari kabinet Presiden Prabowo.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Apa kabar “edukasi idiolog bangsa?”.

Presiden Prabowo telah mengemukakan rencana-rencana besarnya. Membawa Indonesia maju dan modern.

Berdaulat. Adil dan Makmur. Itu sudah kita ketahui bersama.

Para menteri juga mengemukakan rencana-rencana strategisnya. Menjabarkan gagasan-gagasan besar Presiden Prabowo itu. Melalui bidang kerjanya masing-masing.

Edukasi idologi bangsa itu seolah tercecer. Menjadi lob hole, lubang. Seperti tidak ada dalam rencana Kabinet Merah Putih. Padahal sangat strategis bagi bangsa.

Pemahaman komprehensif terhadap idiologi bangsa akan membimbing segenap warga memiliki kesamaan orientasi. Kesamaan perspektif. Dalam pembangunan peradaban bangsa.

Ada kesamaan gerak. Kesamaan visi. Atas konstruksi peradaban bangsa seperti apa yang hendak dibangun bersama. Idiologi bangsa adalah guidance pembangunan peradaban bangsa itu.

BACA JUGA :  Jaga Perasaan Suku Asli di Mana Kita Berpijak

Pemahaman kolektif terhadap idologi bangsa akan mereduksi tarik ulur idiologis. Bahkan menghindarkan dari pertengkaran idiologi yang tidak diperlukan.

Di tengah kontestasi idiologi-idiologi dari dan ke semua penjuru dunia. Dalam atmosfer global. Oleh revolusi teknologi informasi.

Pemahaman idiologi bangsa juga menjadi pijakan benteng kesetiaan. Terhadap bangsa itu sendiri. Terhadap tujuan berbangsa. Terhadap program dan kebijakan bangsa.

Dari upaya reduksi eksistensi bangsa melalui beragam instrumen idiologis. Yang digelontorkan dari berbagai penjuru dunia itu.

Perang idiologi bisa dijadikan instrumen pihak tertentu untuk melemahkan sebuah bangsa. Sebagaimana pengalaman perang dingin oleh isu Komunins. Kini berkembang isu HAM. Isu intoleran. Termasuk radikalisme.

Bangsa ini pernah memiliki program edukasi idiologi bangsa yang sistematis. Kita mengenalnya P4. Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila.

Rakyat dari berbagai elemen. Berbagai strata dan usia. Berbagai profesi. Dilibatkan dalam suatu forum.

BACA JUGA :  Bobot Politik Pernyataan La Nyalla Perpanjangan Masa Jabatan Presiden: Zero

Untuk mendalami dan mendiskusikan Idiologi bangsa Pancasila. Beserta implementasinya.

Ialah pendalaman Pancasila melalui metode dialetika partisipatif. Termasuk memperdebatkan implementasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila merupakan filosofi dasar berbangsa dan bernegara. Ia tidak bersifat statis. Sebagai sumber nilai dalam berbangsa dan bernegara, implementasinya sangat dinamis.

Banyak dihadapkan pada perkembangan eksternal yang dinamis. Maka perlu didialektikakan. Perlu diskursus. Terus menerus.

Idiologi bangsa tidak cukup diajarkan melalui kurikulum sekolah yang kaku dan doktrinal. Karena sifatnya pengajaran. Forum P4 menjadi titik temu beragam pandangan masyarakat dalam menjabarkan Pancasila. Dalam lingkungan strategis yang terus berubah.

Survei Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID) mencatat. Delapan puluh tiga koma tiga persen siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menganggap Pancasila bukan ideologi permanen. Bisa diganti.

Survei itu menggambarkan keroposnya kesetiaan generasi penerus bangsa terhadap konstruksi pembangunan peradabannya. Akan berdampak pada optimalisasi pembangunan bangsa itu sendiri. Ketika gamang terhadap desain masa depan pembangunan peradabannya.

BACA JUGA :  IKN, Produk Ilusi Anti Jawa Sentris

Itulah celah terbuka dari Kabinet Merah Putih. Melalui cara dan kebijakan seperti apa, kesetiaan dan kebanggaan warga negara terhadap negara dan idiologi bangsanya hendak diwujudkan.

“Tidak ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran, kecuali bangsa itu percaya kepada sesuatu, dan sesuatu yang dipercayainya itu memiliki dimensi-dimensi moral guna menopang peradaban yang besar”.

Begitu kata John Gardner. Cendekiawan Amerika dan pernah menjadi Menteri Kesehatan pemerintahan John J.F. Kennedy.

Ketidakpercayaan dan ketidaksetiaan pada idiologi bangsanya itu merupakan ketidakpercayaan pada kemegahan masa depan bangsanya sendiri. Sebagaimana cerminan survei Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID). Karena tidak percaya pada spirit Pembangunan peradabannya sendiri.

Lubang itu harus segera ditutup oleh pemerintahan Presiden Prabowo.

ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 17-11-2024