Oleh: Yusuf Blegur
WAWAINEWS – Kehidupan rakyat dipaksa oleh aturan-aturan yang membuatnya tunduk dan tak berdaya, bahkan yang bukan dituntun oleh keyakinan agamanya sendiri.
Rakyat Indonesia terlalu lama mengalami ambigu, berikrar pada Tuhan namun berlaku meninggalkan perintahNya. Mengakui kelemahan manusia sembari terus memuja dan mengagungkan kelalaiannya.
Keimanan ciut dan tak bernyali dihadapan kekuasaan tiran.
Setelah hampir 8 tahun harus mengurung akal sehat dan mengubur spiritualitas. Rakyat seperti tak lagi memiliki kebijaksanaan dan kepantasan.
Semuanya masih soal makan-minum, pakaian dan tempat tinggal. Selebihnya terikat pada kebiasan berinteraksi sosial, bekerja, tidur, buang hajat dan memenuhi kebutuhan biologis.
Nyaris tak berbeda dengan habitat mahluk lainnya. Hanya nilai-nilai yang masih dimiliki dan bisa bertahan, yang membedakannya dengan segala perilaku hewan.
Dalam ranah kehidupan pribadi dan keluarga, hanya sedikit ruang-ruang religi tersedia. Semua lahir dan batin penuh sesak dijejali hawa nafsu dan ambisi.
Materi dan kebendaan lainnya menutupi setiap pandangan, menghalangi sorot mata batin. Kehidupan dibangun semata-mata memburu kenikmatan dan kepuasan.