Scroll untuk baca artikel
Zona Bekasi

Pungutan Rp15 Ribu Per Kantong Daging, Ketika Niat Baik Tersandung Cara Keliru

×

Pungutan Rp15 Ribu Per Kantong Daging, Ketika Niat Baik Tersandung Cara Keliru

Sebarkan artikel ini
Tarmin ketua tim Panitia Kurban yang memungut Rp15 ribu per kantong daging saat memberi klarifikasi resmi melalui video,- foto doc sc

KOTA BEKASI – Suasana Idul Adha 1446 H di Kota Bekasi itu sempat tercoreng di kawasan Cikiwul, Bantargebang, dengan beredar sebuah video viral yang menunjukkan warga harus menebus kantong daging kurban dengan membayar Rp15 ribu.

Peristiwa tersebut sontak menuai reaksi beragam, mulai dari kecaman warganet hingga sorotan dari pejabat pemerintahan. Iduladha sejatinya menjadi momentum berbagi, menyatukan hati dalam semangat pengorbanan dan kepedulian namun tercoreng.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Di tengah riuh kritik yang berkembang, sang Ketua Pemulung, yang dikenal sebagai koordinator pembagian kurban di wilayah itu akhirnya muncul dan menyampaikan permohonan maaf serta klarifikasi lewat sebuah video yang diunggah ke media sosial.

BACA JUGA :  OTT Wali Kota Bekasi, Total 12 Orang Ditangkap Terkait Hal ini !

“Bahwa kami perlu mengklarifikasi, sebelum adanya sapi, kami sudah bermusyawarah dengan teman-teman semua,” ungkap Tarmin sebagai Ketua IPI juga jadi juru bicara dalam video klarifikasi tersebut.

Tarmin dalam video itu menjelaskan bahwa tebus Rp15 Ribu Per Kantong Daging bukanlah bentuk jual-beli daging kurban, melainkan hasil kesepakatan internal untuk menutupi biaya operasional, termasuk pemotongan hewan dan konsumsi para petugas yang bekerja seharian penuh.

“Kami sepakat meminta bantuan sebesar Rp15 ribu itu betul. Tapi tidak semua orang kami minta, hanya secukupnya untuk keperluan operasional saja,” tambahnya.

Menurut pengakuannya, mereka menerima bantuan sapi dari seorang dermawan tanpa disertai uang tunai. Niatnya sederhana: agar para pemulung bisa ikut merasakan lezatnya daging kurban yang mungkin jarang bisa mereka nikmati dalam keseharian.

BACA JUGA :  Belum Sebulan, Saluran Air Ambrol di Babelan Bekasi

“Beliau hamba Allah ini memberikan bantuan agar teman-teman kami ini memakan daging,” ucapnya lirih.

Momen ini menyisakan pelajaran penting, bahwa niat baik perlu disertai dengan tata kelola yang transparan dan komunikatif.

Dalam konteks ibadah kurban, distribusi daging seharusnya bebas dari segala bentuk pungutan, kecuali jika dilakukan secara sukarela dan dengan pemahaman bersama.

Peristiwa ini bukan hanya tentang Rp15 ribu, tetapi tentang bagaimana kita memahami makna berbagi yang hakiki, bukan sekadar memberi, tetapi juga menghormati martabat penerima.

Dan di tengah kritik yang datang, sang Ketua Pemulung menunjukkan sikap terbuka dengan meminta maaf dan berjanji akan memperbaiki pola distribusi ke depan. Sebuah langkah awal menuju pemahaman bersama yang lebih baik di masa mendatang.***