LAMTIM – Adela Cahyani (2) Balita warga Dusun Jadi Mulyo Desa Sumber Rejo, Kecamatan Wawai Karya, Kabupaten Lampung Timur, mengalami kondisi gizi buruk. Ironisnya wilayah tersebut diketahui masih berada disekitar tempat kelahiran Wakil Gubernur Lampung, Chusnunia Chalim.
Diketahui bocah penderita gizi buruk tersebut diunggah langsung oleh akun facebook Alfiyansyah PKB, juga sebagai anggota DPRD Lamtim. Dalam caption-nya dia menyatakan bocah tersebut terdampak gizi buruk.
Namun sayangnya tidak disebutkan dalam status Alfiyansyah PKB, secara detail sudah berapa lama dampak gizi buruk mendera putri dari Dedi Gusnadi sesuai nama tertera dari KK yang ikut diunggah dalam akun FB politisi PKB tersebut.
Begini status dalam FB Alfiyansyah PKB “Sy di dampingi ketua ranting PKB desa sumberrejo kec. Wwy kry.
Hari ini bersilaturahmi di rmh bpk. Didi. Kami melihat langsung keadaan anak yg menderita GIZI buruk..
Stlh kami ngobrol,ternyata keluarga tsb. Tdk mendapat bantuan dana SOSIAL dr pemerintah ( PKH,RASTRA, BEDAH RUMAH Dll).
Apapun alasannya, tdk semestinya orang2 sprt mereka di biarkan…
Persoalan ini akan saya sampaikan ke dinas terkait agar segera turun tangan. Sehingga keluarga tsb. Mendapatkan bantuan yg semestinya di dapatkan..
Postingan itu diunggah Jumat (3/4/2020) sekira pukul 16.00 WIB dan langsung mendapat tanggapan, setidaknya hingga hari ini postingan tersebut terlihat ada 114 komentar.
Salah satu komentar tersebut meminta agar Segera rekomendasikan kepada Komisi IV mas untuk minta penjelasan dinas terkait karena saya juga menemukan banyak masyarakat tidak mampu blm mendapatkan haknya, bahkan ada yg sakit komplikasi.
Sementara itu Warga Sumber Rejo, yang berhasil di konfirmasi Wawai News, terkait postingan Anggota DPRD Lamtim tersebut membenarkan kondisi tersebut. Namun dia mengatakan bahwa kondisi gizi buruk tersebut sudah lama dan selama ini telah mendapat penanganan dari desa.
“Itu sudah lama, baik desa ataupun dermawan sudah kerap memberi bantuan kepada keluarga Dedi. Mungkin Pak Alfiyan yang baru tau aja. Sebenarnya dulu ada dua satu sudah dibawa ke Jakarta berobat,”ungkap warga yang enggan namanya ditulis.
Menurutnya, yang dipersoalkan anggota dewan, adalah PKH mungkin itu ada benarnya. Meskipun anak tersebut kerap mendapat bantuan, tetapi belum menerima PKH. Harusnya menjadi evaluasi bagi pendamping desa.(Kandar)
