CIAMIS – Atlet Pekan Olahraga Nasional (PON) peraih medali emas dan perunggu Dheya Nazhira Nur Amalina (17), sengaja pulang naik bus umum dari Bandung ke rumahnya di Cijantung Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis, Rabu (13/10/2021).
Rekaman video kepulangannya tersebut membuat viral di berbagai media sosial karena dikira atlet berprestasi asal Ciamis tersebut ditelantarkan penerintah daerah setempat.
Ini Ceritanya Padahal, kepulangannya pakai angkutan umum tersebut sengaja dilakukannya untuk memberikan kejutan kepada keluarganya dan enggan dijemput oleh Pemkab Ciamis.
“Iya, benar jadi anak saya itu sengaja naik bus dari Bandung ke Ciamis untuk memberikan kejutan saja. Anak saya mewakili Jawa Barat di PON Papua dan meraih medali emas dan perunggu. Anak saya sengaja enggak mau dijemput oleh perwakilan pemerintahan,” jelas Desi Arisyandi, ibu kandung Dheya di rumahnya, Kamis (14/10/2021).
Desi menuturkan, raihan prestasi anaknya selama ini berkat doa bersama khususnya seluruh masyarakat Kabupaten Ciamis.
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menuturkan, kepulangan atlet peraih medali emas Cabor Selam PON XX Papua 2021, Dhea Nazhira Nuramalina, menggunakan bus umum merupakan pilihan sang atlet untuk memberikan kejutan kepada keluarganya.
Menurut Kang Emil Dhea tidak ingin menggunakan kendaraan yang sudah disediakan panitia. Sebab, Dhea tidak ingin kepulangannya disambut dengan meriah.
“Atlet kebanggaan ini memberikan keterangan bahwa ia ingin bikin surprise ke keluarganya dan tidak mau kepulangannya diramai-ramaikan oleh pemerintah setempat, sehingga memilih pulang naik kendaraan umum ketimbang yang disediakan panitia,” tulis Kang Emil di akun instagram resminya.
“Namun semua ini sudah dievaluasi kepada KONI provinsi dan kota/kabupaten agar berkoordinasi dengan lebih matang, sehingga tidak menjadi salah prasangka. Tetap semangat untuk semua atlet Jawa Barat. Kemenangan sudah dekat. Insya Allah,” imbuhnya.
Peluang Jabar menjadi juara umum sangat terbuka lebar. Berdasarkan situs resmi KONI Jabar pada Kamis (14/10/2021) pukul 08:00 WIB, Jabar masih memuncaki klasemen perolehan medali dengan 125 emas, 97 perak, dan 114 perunggu.
Berada di posisi kedua Jawa Timur yang sudah merangkum 106 emas, 86 perak, dan 80 perunggu.
Sedangkan DKI Jakarta menempati peringkat ketiga dengan perolehan medali 100 emas, 87 perak, dan 96 perunggu.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar yang juga Chief de Mission Kontingen PON Jabar, Setiawan Wangsaatmaja, memastikan semua atlet, pelatih, dan ofisial mendapatkan akomodasi yang baik. Mulai dari pemberangkatan, gelaran, sampai kepulangan.
“Semua mendapat fasilitas yang baik. Kami juga memastikan para atlet, pelatih, dan ofisial, yang sudah berjuang untuk Jabar sampai ke rumah masing-masing dengan selamat,” kata Setiawan.
Meski demikian, kata Setiawan, atlet diberi kebebasan memilih dalam proses kepulangan. Seperti Dhea yang memilih pulang sendiri dari Bandung ke rumahnya di Ciamis.
“Semua kepulangan sudah difasilitasi oleh KONI. Dari Jayapura-Jakarta, dan Jakarta-Bandung. Untuk selanjutnya pulang ke masing-masing daerah,” katanya.
“Awalnya, Dhea akan pulang ke Ciamis dengan pamannya dari Bandung. Ternyata tidak jadi. Dhea kemudian memutuskan pulang dengan bus bersama ibunya,” imbuhnya.
Selain itu, Setiawan pun menuturkan bahwa pihaknya memperhatikan kesehatan dan keamanan Kontingen PON Jabar dari penularan COVID-19. Selain menjamin sarana prasarana penunjang protokol kesehatan (prokes), pengetesan juga dilakukan secara rutin.
Pemda Provinsi Jabar turut mengirim tim kesehatan khusus untuk melakukan tes COVID-19. Kontingen PON Jabar pun mendapatkan banyak bekal, seperti vitamin dan sarana penunjang prokes.
“Seminggu sebelum PON, Tim Labkes Jabar sudah stand by di Papua. Kami ingin mengetes sendiri. Jadi di luar tim kesehatan pertandingan, kita ada tim kesehatan khusus untuk COVID-19,” ucapnya.
Menurut Setiawan, aktivitas kontingen Jabar dibatasi untuk memberikan keamanan dari penularan COVID-19. Fasilitas Kontingen PON Jabar pun sangat diperhatikan selama berada di Papua.
“Atlet tidak boleh keluar setelah melaksanakan pertandingan. Mereka wajib langsung ke penginapan dan tidak boleh keluar. Kami 100 persen melayani kebutuhan-kebutuhan atlet. Untuk menjaga kesehatan, yang paling pokok selain vitamin, kita memberikan air yang lebih agar tidak dehidrasi,” tuturnya.
Setiawan menyatakan, apa yang dilakukan Pemda Provinsi Jabar bersama KONI Jabar semata-mata agar Kontingen PON Jabar dapat tampil maksimal dan mewujudkan target menjadi juara umum.
“Kami ingin mereka bisa fokus pada pertandingan. Hal-hal di luar pertandingan biar jadi urusan kami. Dan kami terus berusaha untuk memastikan mereka mendapatkan fasilitas yang baik,” katanya.
Bahkan, sebelum kepulangan anaknya ke kampung halaman, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya sempat menelepon akan ada penyambutan khusus.
Saat itu, dirinya menjemput ke Bandung menunggu kepulangan anaknya dari Papua. Namun, saat di Bandung anaknya menginginkan pulang ke Ciamis memakai angkutan bus umum.
“Saya berangkat ke Bandung menunggu anak pulang dari Papua hingga pulang ke Cijantung menggunakan angkutan umum dari Bandung. Karena, memang kepulangan itu sengaja ingin menggunakan bus dan tidak dijemput oleh pemerintah dan atlet yang lain langsung pulang. Kalau atlet lainnya paling banyak berasal dari Bandung,” ujar dia.
Desi mengatakan, anaknya merasa bangga bisa meraih medali emas pada PON Papua. Anaknya pun mengaku bahagia karena selama di Papua warganya baik.
“Pak Bupati ada menelepon dan bilang akan ada syukuran untuk merayakan raihan ini, tapi buat keluarga tetap akan mengikutinya. Tapi alasan kepulangannya ke Cijantung memakai angkutan (bus) karena tak mau menyusahkan. Keluarga melakukan penjemputan ini, karena Dheya ingin naik angkutan umum dan kalau ada penjemputan dilakukan oleh pemerintah ditakutkan ada kerumunan,” kata dia.