LAMPUNG TENGAH – Tukang dalam proyek galian untuk program sanitasi dari Kementerian PUPR di Kampung Sukajaya, Anak Ratu Aji, Lampung Tengah Keluhkan terkait upah ke pihak kontraktor.
Pasalnya pekerjaan galian 20 lubang untuk sanitasi yang mereka dapatkan dalam proyek sanitasi tersebut sudah selesai. Tapi pihak kontraktor menahan upah, dan menjanjikan dilunasi setelah seluruh pekerjaan selesai.
Diketahui para tukang yang bekerja menggali lubang sanitasi tersebut mendapatkan upah Rp400 ribu per titik. Total galian dalam proyek sanitasi di kampung Sukajaya, Kecamatan ARA tersebut menyasar 155 KPM atau Keluarga Penerima Manfaat.
Pekerjaan untuk galian lubang sanitasi itu pun dipecah dikerjakan beberapa tukang dalam pelaksanaannya. Sementara Maryono warga yang mendapatkan galian 20 titik sudah selesai dan berharap kontraktor dapat membayar hasil kerjanya Rp400 ribu per titik
“Saya sudah kasbon Rp4 jutaan. Tapi masih ga sesuai, yang kami gali bersama rombongan 20 lubang WC. Uang itu untuk kami bekerja dan biaya hidup keluarga di rumah, setelah pekerjaan selesai kami tagih sisanya, tapi katanya tunggu pekerjaan selesai keseluruhan,” terang Maryono salah satu tukang Galian sanitasi kepada Wawai News, Minggu 27 Oktober 2024.
Ironis sebut Maryono, karena harus menunggu proyek selesai 100 persen baru upah gali lubang sanitasi 20 titik dibayarkan. Ini menunjukkan kontraktor pelaksana di lapangan diduga tak punya modal.
Menurutnya, jika mereka harus menunggu progres pekerjaan selesai 100 persen maka harapannya, untuk mendapatkan upah dari pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan tersebut, masih butuh waktu berapa lama?.
“Proyek itu untuk 155 KPM, artinya ada 155 lubang yang harus digali. Setelah itu pembangunan dinding dan alat klosetnya. Ini ga masuk akal, masa kami sudah selesai gali 20 titik lubang sanitasi, harus menunggu sampai pekerjaan semua selesai,”ujarnya menyebut keluarga mereka berharap upah itu untuk menyambung hidup.
Maryono berharap, pihak kontraktor membayar. Ia mengaku jika rombongannya hanya mengambil upah penggalian lubang saja. Jika harus menunggu sampai semua selesai, itu pekerjaan dia perkirakan masih lama.
Ia pun menegaskan jika rombongannya, bukan kerja bhakti atau gotong royong dalam penggalian lubang WC di Kampung Sukajaya. Mereka melaksanakan galian itu sesuai perjanjian upahnya Rp400 ribu per titik. Harusnya pekerjaan selesai langsung dibayar.
“Bukan kah agama menyarankan bayar lah upah sebelum keringat kering. Ini sudah kering, tapi tak kunjung di bayar upah. Saya bukan kerja bakti ya, saya dituntut istri saya pak, ga dikasih nenen lagi saya sama istri, anak sekolah juga kan butuh biaya” jelasnya.
Untuk diketahui, sebanyak 155 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Kampung Sukajaya menerima bantuan WC atau sanitasi dari Kementerian PUPR tahun anggaran 2024.
Hingga berita ini tayang, pihak kontraktor belum berhasil dikonfirmasi. ***