Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Imbas Nilai Tukar Rupiah Melemah, REI Peridiksi Pengaruhi Harga Bahan Material Bangunan

×

Imbas Nilai Tukar Rupiah Melemah, REI Peridiksi Pengaruhi Harga Bahan Material Bangunan

Sebarkan artikel ini
warga tengah menunjukkan besi dari bangunan gedung yang masih tanda tanya terkait sumber dana dan nilai pagu dari proyek yang ada di Gedung Sari, Anak Ratu Aji, Lampung Tengah, Selasa (12/10/2021) - foto Sumantri

WAWAINEWS.ID – Nilai tukar Dolar AS terhadap rupiah baru baru ini sampai menembus Rp 16.200. Hal itu menimbulkan ketidakpastian dan berpotensi menaikan harga barang-barang di Indonesia.

Melemahnya nilai tukar rupiah tersebut dikatakan imbas dari konflik antara Iran dan Israel belum lama ini.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Joko Suranto, Ketua Umum DPP REI memperidiksi dampak lemahnya nilai tukar rupiah tersebut pasti mengakibatkan dampak tidak langsung dan ketidakpastian.

Sehingga menurut CEO Buana Kassit, bisa terjadi kenaikan harga minyak dunia. Jika konflik ini terus berlanjut, dinilainya akan terjadi perubahan harga diperkirakan terjadi dalam kurun waktu satu bulan.

Dikatakan dampaknya terdekat ada biaya produksi.”Ada yang dari 185 industri (pendukung sektor properti) tadi kan, semuanya membutuhkan listrik, mungkin sebagian besarnya juga membutuhkan bahan bakar, kemudian juga membutuhkan transport, ketika alat produksinya membutuhkan listrik, listriknya taruhlah dari menggunakan bahan bakar minyak,” ujar Joko dilansir dari detikcom, Rabu (17/4/2024).

BACA JUGA :  Perkuat Bisnis, HAGS Teken MoU dengan Tamiang Multi Trada

Akan ada tekanan pada biaya produksi, sehingga mendorong kenaikan harga bahan-bahan di industri properti.

Joko menyebut, pengusaha harus membuat rencana untuk mengantisipasi kondisi sulit itu dan mengelola agar daya beli masyarakat masih bisa mengakses untuk pembelian rumah.

“Jika kenaikan kisarannya masih 10-15% bahan-bahan itu, biasanya kami (pengembang) ini masih menyikapi untuk tidak menaikkan (harga properti). Tapi kalau itu berlangsung lama dan di atas itu, maka kita baru akan bergerak,” katanya.

“Yang kita pastikan adalah bagaimana kita bisa meminimalkan atau mengefisienkan yang ada sehingga beban-beban itu tidak menjadi faktor pendongkrak atas kenaikan properti itu sendiri seperti itu,” lanjut Joko.

Lebih lanjut dia menegaskan bahwa pengembang juga memperhatikan berapa lama kenaikan harga bahan baku.

Jika kenaikan harga berlangsung di atas tiga bulan, barulah dilakukan koreksi dan efisiensi supaya harga properti yang dibangun tidak sampai naik.

Adapun bahan bangunan yang berpotensi untuk cenderung naik ada pada industri berupa pabrik. Sebab, industri tersebut banyak bergantung pada bahan bakar, listrik, dan komponen lain yang rentan mahal akibat kondisi perang.

BACA JUGA :  KKP Gagalkan Penyelundupan BBL Senilai Rp30 miliar di Laut Kepri

“Bahan yang paling krusial itu yang dari pabrik, yang dihasilkan dari manufaktur ketika bahan bangunan yang dari alam itu relatif masih tidak bisa ditahan. Tapi kalau manufaktur kan faktor produksinya memang ada kenaikan karena ada tekanan dari bahan bakar minyak itu,” jelasnya.

Bahan-bahan tersebut antara lain kaca, besi, cat, baja ringan, dan lainnya. Sementara bahan dari sumber daya alam tidak begitu terpengaruh, kecuali ada kenaikan biaya transportasi untuk barang-barang itu sampai ke lokasi proyek.

Terpisah, Konsultan Properti Anton Sitorus mengatakan bahan bangunan yang harganya sangat sensitif terhadap nilai tukar Dolar AS kebanyakan produk-produk impor. Sementara bahan-bahan lokal juga bisa terpengaruh jika pelemahan rupiah berlangsung lama.

Hal ini dapat berimbas pada pembangunan properti, terutama properti dengan komponen bahan baku impor tinggi, seperti rumah dan apartemen mewah. Bahan baku antara lain besi dan baja gitu mengikuti harga pasaran di luar negeri. Apalagi bahan ini merupakan salah satu bahan pokok proyek-proyek properti.

BACA JUGA :  UMKM Tulang Punggung Ekonomi di Jawa Barat

Selain itu, harga bahan bangunan impor lainnya seperti keramik, granit, marmer, perkakas, dan peralatan dapur juga dipengaruhi fluktuasi nilai tukar Dolar AS. Termasuk, bahan-bahan untuk keperluan finishing seperti lampu, gagang pintu, dan aksesoris interior lainnya.

Senada dengan itu, Pengamat Properti yang juga Direktur Global Asset Management, Steve Sudijanto mengatakan harga material bangunan bisa naik karena banyak faktor, salah satunya komponen biaya produksi yang naik.

“Kenaikan tergantung yang penting untuk pembangunan rumah adalah harga besi, beton, semen, dan tukang,” kata Steve.

Saat ini kurs Rupiah terhadap Dolar AS melemah, sehingga komponen bahan bangunan impor yang akan naik antara lain keramik, saniter kamar mandi, perlengkapan pintu, kabel listrik, pipa, (dan) perangkat elektronik seperti air conditioner, water heater, dan lain-lain,” pungkasnya.