Scroll untuk baca artikel
Uncategorized

Lagi Viral, Petani Tomat di Lampung Barat Buang Hasil Panen di Tepi Jalan

×

Lagi Viral, Petani Tomat di Lampung Barat Buang Hasil Panen di Tepi Jalan

Sebarkan artikel ini
petani tomat di Desa Sebarus, Balik Bukit, Lampung Barat membuang hasil panen di tepi jalan, aksi itu viral di media sosial, Minggu (27/3/2022)- foto ist

WAWAINEWS – Kecewa dengan harga jual, petani tomat di wilayah Lampung Barat, membuang atau hanya dicurahkan begitu saja hasil panennya di tepi jalan, pada Minggu (27/3/2022).

Aksi tersebut beredar melalui media sosial, dengan menjelaskan bahwa itu dilakukan oleh petani tomat di Desa Sebarus, Balik Bukit, Lampung Barat. Hal itu bentuk kekecewaan mereka terkait harga memasuki bulan suci ramadhan harusnya normal.

Scroll untuk baca artikel

Pantauan di lokasi tomat tersebut tidak dibuang di jalan tapi hanya di curahkan di depan kios miliknya. Belakangan diketahui bahwa aksi itu dilakukan oleh Ardianto yang kecewa dan bingung dengan hasil tomatnya. Aksi serupa sebenarnya juga terjadi pada tahun 2019 lalu.

BACA JUGA : Harga Tomat Anjol petani buang hasil panen 

Tomat hasil panen tersebut dicurahkan begitu saja di tepi jalan, menjadi bancakan warga yang melintas. Mereka pun mengambil dan memilih sendiri tomat yang menghampar ditepi jalan raya tanpa harus membayar.

Aksi petani di Pemangku Umbul Lioh, Desa Sebarus tersebut dilatarbelakangi kekecewaan dengan harga murah saat panen tomat tersebut viral di media sosial, bahkan diunggah oleh Lambe Turah.

Menurut keterangan petani, kekecewaan tersebut sudah terjadi sebulan terakhir.
Sehingga sebagai bentuk protes mereka membuang ratusan kilogram tomat yang baru dipanen karena harga murah.

Petani menyebutkan harga normal tomat Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kg, tapi sekarang ini tengkulak hanya membeli Rp 400 sampai Rp 600 per kg.

Harga serendah itu sangat mengecewakan petani yang telah berusaha untuk mulai dari mencari bibit, menanam, dan memelihara hingga panen dengan modal yang cukup besar.

Syafrizal, seorang penggiat pertanian di Lampung mengatakan, anjloknya harga jual petani lantaran mekanisme penjualan hasil kebun petani rata-rata masih melalui tengkulak.