Scroll untuk baca artikel
Wisata

Geopark Kebumen dan Meratus Menambah Poisisi Nusantara sebagai Negara Megabiodiversitas

×

Geopark Kebumen dan Meratus Menambah Poisisi Nusantara sebagai Negara Megabiodiversitas

Sebarkan artikel ini
Taman Bumi

WAWAINEWS.ID – Indonesia kembali menorehkan prestasi melalui pengakuan dua geopark nasional sebagai bagian dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).

Kali ini UNESCO Global Geoparks (UGGp) menetapkan Taman Bumi (Geopark) Kebumen di Jawa Tengah dan Geopark Meratus di Kalimantan Selatan.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Penetapan ini diumumkan pada Sidang ke-221 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Prancis, pada April 2025 lalu bersama 14 geopark dari berbagai negara. Taman Bumi Kebumen dan Meratus Kalsel menambah daftar geopark global menjadi 229 situs di 50 negara.

12 geopark di Indonesia yang resmi diakui dunia, sehingga memperkuat posisi Nusantara sebagai negara megabiodiversitas dengan warisan geologi, budaya, dan ekosistem luar biasa.

Adapun taman-taman bumi di Indonesia yang sudah diakui sebelumnya oleh UNESCO adalah

  • Batur (Bali),
  • Belitong (Bangka Belitung),
  • Ciletuh (Jawa Barat),
  • Gunung Sewu (Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur),
  • Ijen (Jawa Timur),
  • Maros Pangkep (Sulawesi Selatan),
  • Merangin (Jambi),
  • Raja Ampat (Papua Barat Daya),
  • Rinjani (Lombok), dan
  • Kaldera Toba (Sumatra Utara).

Status UGG memberikan tanggung jawab kepada taman-taman bumi untuk melestarikan, mengelola secara berkelanjutan, dan mempromosikan kekayaan geologis dan budaya.

BACA JUGA :  Wisata Air Kali Malang Segera Hadir Jadi Destinasi Keluarga di Tengah Kota Bekasi

UNESCO Global Geoparks bukanlah destinasi wisata biasa. Status ini menandai kawasan geografis dengan nilai geologis internasional, yang dikelola dengan pendekatan edukasi, konservasi, dan pembangunan berkelanjutan.

Konsep ini berbasis partisipasi masyarakat lokal (bottom-up), menempatkan penduduk setempat sebagai penjaga sekaligus pelaku utama pelestarian dan pemanfaatan kawasan.

Dengan pengakuan ini, Indonesia tidak hanya memamerkan keindahan alamnya, tetapi juga menunjukkan komitmen dalam perlindungan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan berbasis pengetahuan lokal dan keberlanjutan.

Jejak Geologi dan Kehidupan di Tengah Pegunungan

Pegunungan Meratus membentang sepanjang 600 kilometer membelah Kalimantan Selatan, melintasi delapan kabupaten hingga ke wilayah Kalimantan Tengah dan Timur.

Dengan titik tertinggi di Gunung Halau-Halau (1.901 mdpl), kawasan ini merupakan rumah bagi salah satu lanskap ofiolit tertua di Indonesia, terbentuk sejak era Jurassic sekitar 150-200 juta tahun lalu.

Menurut geolog UPN Veteran Yogyakarta, Joko Susilo, Pegunungan Meratus menjadi bukti pertemuan lempeng-lempeng bumi purba. Hal itu membuat keunikan pada Meratus karena menjadi lokasi tektonik aktif masa lampau, menciptakan susunan batuan langka yang membentuk bentang Kalimantan Selatan saat ini.

Keunikan ini menjadikan Meratus sebagai laboratorium alam yang menyimpan beragam flora-fauna endemik, seperti anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum), anggrek sendok (Spathoglottis urea), bekantan, beruang madu hingga dua spesies burung yang baru ditemukan: sikatan kadayang (Cyornis kadayangensis) dan kacamata meratus (Zosterops meratusensis).

BACA JUGA :  Sukses Gelar RUPS 2025, Naffar Tour Luncurkan KOPASHUS & DIGI OPZ sebagai Strategi Besar

Tak hanya alamnya, Meratus juga menjadi ruang hidup bagi masyarakat adat Dayak dan Banjar yang menjaga kearifan lokal, budaya lisan hingga praktik ekologi tradisional dalam interaksi mereka dengan alam.

Misalnya, Badan Pengelola Geopark Meratus bekerja sama dengan komunitas lokal, seperti Komunitas Dangsanak Geopark Meratus, untuk melatih masyarakat dalam pengelolaan pariwisata dan konservasi lingkungan.

Tidak hanya itu. Masyarakat diberdayakan untuk memanfaatkan sumber daya alam lokal, seperti purun dan bambu, menjadi produk kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi.

Berbagai inisiatif konservasi flora dan fauna juga dikembangkan, seperti Rumah Konservasi Anggrek di Tahura Sultan Adam dan Konservasi Bekantan Curiak di Kabupaten Batola, yang tidak hanya melestarikan keanekaragaman hayati, tetapi juga menjadi objek wisata edukatif.

Museum Geologi Terbuka Pulau Jawa

Begitupun Geopark Kebumen merupakan perwakilan geologi Pulau Jawa yang menyimpan formasi batuan tertua di pulau ini. Salah satu titik utamanya adalah Karangsambung, yang memperlihatkan pertemuan batuan samudra dan benua dari puluhan juta tahun lalu. Bagi para ilmuwan dan pelajar, kawasan ini dikenal sebagai “laboratorium geologi alami”.

BACA JUGA :  Kota Bekasi Jalin Kerja Sama dengan Kabupaten Sukabumi

Kebumen juga menyuguhkan lanskap karst yang memikat, fosil purba, serta warisan budaya yang kuat—tecermin dari tradisi Jawa, kerajinan lokal hingga kekayaan kuliner daerah. Sinergi antara warisan alam dan budaya inilah yang memperkaya narasi geopark, menjadikannya destinasi pendidikan dan budaya sekaligus.

General Manager Badan Pengelola Geopark Kebumen Sigit Tri Prabowo mengatakan, geopark Kebumen dijuluki The Mother of Earth, dan memiliki banyak keunggulan mulai dari geodiversitas, biodiversitas hingga warisan budaya.

“Geopark Kebumen itu mencakup 22 dari 26 kecamatan di Kebumen, dengan berbagai situs geologi, biologi, dan budaya yang menarik,” ujarnya seperti dikutip situs Pemkab Kebumen, Sabtu (3/5/2025)

Salah satunya ada situs geologi seperti Lava Bantal dan Rijang Merah di Desa Seboro yang menawarkan pemandangan batuan vulkanis dan lapisan batuan berwarna mencolok, serta situs Watu Kelir yang menampilkan pertemuan dua jenis batuan.

Geopark Kebumen juga kaya akan keanekaragaman hayati, dengan berbagai spesies flora dan fauna yang hidup di berbagai habitat. Geopark Kebumen juga mendorong pengembangan pariwisata, ekonomi, dan pelestarian lingkungan, serta memberikan manfaat bagi masyarakat setempat tanpa mengorbankan kelestarian alam.***