Scroll untuk baca artikel
Budaya

Mengunjungi Sade, Dusun Budaya Suku Sasak Lombok

×

Mengunjungi Sade, Dusun Budaya Suku Sasak Lombok

Sebarkan artikel ini

wawainews.ID – Sade, merupakan salah satu Dusun di Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Oleh pemerintah setempat Dusun Sade ditetapkan sebagai dusun adat, karena sampai sekarang masih mempertahankan adat suku Sasak.

September 2019 ini, Saya berkesempatan berkunjung dan melihat secara dekat Suku Sasak Sade, yang sudah cukup populer akan pelestarian budaya. Unik, dan kagum saat menginjakkan kaki di Dusun Sade tentunya. Suasana dusun itu, mengajak saya ke masa lampau akan cerita emak dan Uwak  yang jauh dari era modern seperti sekarang.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Ya… suasana Dusun Sade, mampu mengajak siapa pun kembali ke tempoe doloe, bagaimana penduduknya mampu menjaga budaya hingga lestari sampai sekarang. Suasana di perkampungan Suku sasak hampir mirip dengan suku Baduy, di Banten dan Kampung Naga di Tasik. Tentunya itu bentuk keunikan Desa Sade dan suku Sasak yang jadi penghuninya.

BACA JUGA :  K-Fest 2023, Pawai Tupeng Lampung Jadi Ikon dengan Tema Nemui Nyimah

Sebagai desa wisata, Sade, bagi saya  punya keunikan tersendiri. Dia mampu mengajak saya kembali dimasa lampau, jauh dari riuh. Lokasinya terletak persis di samping jalan raya aspal nan mulus, penduduk Desa Sade di Rembitan, Lombok Tengah, mampu mempertahankan dan berpegang teguh menjaga kearifan lokal warisan leluhurnya.

Bisa dibilang, Sade adalah cerminan suku asli Sasak Lombok jauh sebelum kemajuan teknologi merambah masuk hingga banyak dari kita melupakan budaya lokal. Yah, walaupun listrik dan program dari pemerintah sudah masuk ke sana, Desa Sade masih menyuguhkan suasana perkampungan asli pribumi Lombok.

Hal itu bisa dilihat dari bangunan rumah yang terkesan sangat tradisional. Atapnya dari ijuk, kuda-kuda atapnya memakai bambu tanpa paku, tembok dari anyaman bambu, dan langsung beralaskan tanah.

BACA JUGA :  Kemenparekraf Dorong Pengelolaan Desa Wisata untuk Serap Tenaga Kerja Lokal

Orang Sasak Sade menamakan bangunan itu ‘Bale’. Pemandu lokal kami yang bernama Bapak Ridho, berkata saat ini ada 700 kepala keluarga yg tersebar di delapan Bale meliputi Bale Tani, Jajar Sekenam, Bonter, Beleq, Berugag, Tajuk dan Bencingah. Bale-bale itu dibedakan berdasarkan fungsinya.

Tidak ada bidan di Dusun Sadak, warga yang melahirkan diurus oleh dukun beranak. Tempat melahirkan pun cukup sederhana.

Dulu, penduduknya banyak yang menganut Islam Wektu Telu (hanya tiga kali sholat dalam sehari). Tapi sekarang, penduduk Dusun Sade sudah banyak meninggalkan Wektu Telu dan memeluk Islam sepenuhnya, kata Bapak Ridho.

Unik, warga desa setempat memiliki kebiasaan khas dalam mengepel lantai dengan menggunakan kotoran kerbau. Jaman dahulu, ketika belum ada plester menggunakan bahan baku semen, orang Sasak Sade sudah mengoleskan kotoran kerbau di alas rumahnya.

BACA JUGA :  Desa Wisata Gerupuk NTB Dipersiakan Jadi Homestay Jelang MotoGP
Tempat melahirkan bagi warga dusun Sasak Sade

“Sekarang sebagian dari kami sudah bikin plester semen dulu, baru kemudian kami diolesi kotoran kerbau,” imbuhnya.

Sampai jumpa kembali Dusun Sade, terimakasih sudah diberi kesempatan berkunjung dan ini sungguh Luar Biasa. Salam hangat, (Agus Effendi)