LAMPUNG – Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengikuti Pidato Kenegaraan Presiden RI Joko Widodo dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-75, pada Rapat Paripurna Istimewa DPRD Provinsi Lampung, di Ruang Sidang DPRD Provinsi Lampung, Bandarlampung, Jum’at (14/8/2020).
Rapat paripurna ini dipimpin Ketua DPRD Lampung Mingrum Gumay dan dihadiri 85 anggota DPRD lampung. Turut hadir jajaran Forkopimda Provinsi Lampung, serta sejumlah pejabat eselon II, III dan IV di lingkup Pemerintah Provinsi Lampung.
Dalam Pidatonya, Presiden RI Joko Widodo menuturkan bahwa semestinya seluruh kursi di Ruang Sidang ini terisi penuh, tanpa ada satu kursi pun yang kosong. Semestinya, sejak 2 minggu yang lalu, berbagai lomba dan kerumunan penuh kegembiraan, karnaval-karnaval, perayaan peringatan hari kemerdekaan diadakan, menyelimuti suasana bulan kemerdekaan ke-75 RI.
“Namun, semua yang sudah kita rencanakan tersebut harus berubah total. Semua ini tidak boleh mengurangi rasa syukur kita dalam memperingati 75 Tahun Indonesia Merdeka,” ujar Presiden Joko Widodo.
Sebanyak 215 Negara, tanpa terkecuali, ujar Presiden Jokowi, sedang menghadapi masa sulit diterpa pandemi Covid-19. “Dalam catatan WHO, sampai dengan tanggal 13 Agustus kemarin, terdapat lebih dari 20 juta kasus di dunia, dengan jumlah kematian di dunia sebanyak 744 ribu jiwa. Semua negara, negara miskin, negara berkembang, termasuk negara maju, semuanya sedang mengalami kemunduran karena terpapar Covid-19,” ujar Presiden Jokowi.
Menurut Jokowi, krisis perekonomian dunia juga terparah dalam sejarah. Di kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi negara kita masih plus 2,97%, tapi di kuartal kedua kita minus 5,32%. Ekonomi negara-negara maju bahkan minus belasan persen, sampai minus 17-20 %. “Kemunduran banyak negara besar ini bisa menjadi peluang dan momentum bagi kita untuk mengejar ketertinggalan,” tambahnya.
Presiden menilai, ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet, sedang “hang”. Semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan re-start, harus melakukan re-booting. Semua negara mempunyai kesempatan men-setting ulang semua sistemnya.
“Saya menyambut hangat seruan moral penuh kearifan dari para ulama, para pemuka agama, dan tokoh-tokoh budaya agar menjadikan momentum musibah pandemi ini sebagai sebuah kebangkitan baru untuk melakukan sebuah lompatan besar,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden mengatakan inilah saatnya bangsa Indonesia membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar. Yaitu strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan.
“Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar. Pada usia ke-75 tahun ini, kita telah menjadi negara Upper Middle Income Country. Dan 25 tahun lagi, pada usia seabad Republik Indonesia, kita harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia Negara Maju,” ungkap Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi juga mengajak semua pihak melakukan reformasi fundamental dalam cara bekerja. Kesiap-siagaan dan kecepatan bangsa Indonesia sedang diuji.
“Krisis ini telah memaksa kita untuk menggeser channel cara kerja. Dari cara-cara normal menjadi cara-cara ekstra-normal. Dari cara-cara biasa menjadi cara-cara luar biasa. Dari prosedur panjang dan berbelit menjadi smart short cut. Dari orientasi prosedur menjadi orientasi hasil. Pola pikir dan etos kerja kita harus berubah,” ujarnya.
Terkait cara kerja ini, lanjut Presiden, dibutuhkan fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan. Efisiensi, kolaborasi, dan penggunaan teknologi harus diprioritaskan. Kedisiplinan nasional dan produktivitas nasional juga harus ditingkatkan.
“Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan,” tambah Presiden Jokowi (En)