WAWAINEWS – Pengerjaan proyek lataston di desa Sidorejo, Sekampung Udik yang beberapa hari lalu, membuat geram anggota DPRD Lampung Timur, sudah selesai. Hasilnya pun terlihat mulus banget.
Namun sayang, ada beberapa titik di bagian pinggirnya mulai mengelupas. Kemungkinan hal tersebut karena penyiraman aspal jalan tersebut dilaksanakan pada malam hari, dengan cara manual.
Masyarakat masih menunggu hasil kegeraman seorang politis dari Partai NasDem yang sempat mengatakan akan melaporkan ke dinas terkait karena pengerjaan pengaspalan dilakukan pada malam hari. Warga menunggu apa hasil laporan dari anggota Komisi III DPRD Lampung Timur tersebut.
“Kami penasaran apa hasil laporan dari anggota Komisi III DPRD Lampung Timur, dengan pelaksanaan Lataston di Desa Sidorejo yang dikerjakan pada malam hari tersebut. Jangan jangan hanya cari sensasi saja,”kata Husin warga Sekampung Udik, kepada Wawai News, Sabtu (11/12/2021).
Dikatakan bahwa warga menunggu informasi nama perusahaan atau kontraktor yang melakukan pekerjaan lataston di desa Sidorejo itu saat malam hari dengan cara manual. Harus diumumkan siapa nama perusahaan dan kontraktornya.
Diektahui pekerjaan lataston yang dikerjakan pada malam hari memicu kemarahan Badrun yang sempat meninjau ke lokasi. Kepada awak media dia berjanji akan melaporkan langsung ke Dinas terkait dalam pelaksanaan pekerjaan lataston di Desa Sidorejo.
Saat dikonfirmasi media Badrun anggota DPRD dari Fraksi NasDem itu mengaku akan menuntut dinas terkait setelah melihat langsung di lokasi pada Selasa 7 Desember 2021 lalu.
“Soal bener apa tidak, pekerjaan itu bukan urusan saya, kami hanya melakukan pengawasan sebagai fungsi legislatif. Saya akan melaporkan ke dinas dan menuntut dinas terkait,”tegasnya.
Awak media pun sempat mencoba meninjau ke lokasi, pada pukul 21.30 WIB para pekerja masih di lokasi dan sedang melaksanakan pekerjaan dengan menaburkan aspal yang di turunkan dari Dum truck sehingga nampak jelas jika pekerjaan itu dilaksanakan manual.
Lataston dikerjakan sebelum di dilaksanakan pekerjaan lapen terlebih dahulu, dengan memakai alat Wales ukuran 46 sedangkan dalam melaksanakan pengerjaannya para pekerja hanya bermodalkan senter untuk menerangi pada saat bekerja.
“Tolong di pantau, ga boleh itu proyek dikerjakan malam hari, apalagi lataston itu tanpa menggunakan alat finisher, dan digelar secara manual, itu ga benar”paparnya.
Dia mengatakan bahwa lokasi proyek lataston tersebut adalah daerah kelahirannya. Sehingga dia berharap pelaksanaan pengaspalan yang dilakukan bisa dikerjakan maksimal.
“jangan asal-asalan, masyarakat hanya ingin jalan yang bagus, ga ada yang lain, saya akan laporkan ke Dinas karna sistem kerja asal jadi ini hanya menghabiskan uang negara. Ini hanya menguntungkan pihak rekanan nakal yang mencari keuntungan pribadi, tanpa memikirkan kualitas” pungkasnya.(*)