Lintas Daerah

Lawan Jerat Rentenir, BUMDes/BUMDesma Harus Kuatkan Eksistensi

×

Lawan Jerat Rentenir, BUMDes/BUMDesma Harus Kuatkan Eksistensi

Sebarkan artikel ini
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman membuka Festival Permainan dan Olahraga Tradisional Jabar 2024 di Gedung Teater Tertutup, Taman Budaya Jabar, Kota Bandung, Senin (6/5/2024).
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman membuka Festival Permainan dan Olahraga Tradisional Jabar 2024 di Gedung Teater Tertutup, Taman Budaya Jabar, Kota Bandung, Senin (6/5/2024). - foto dok

BANDUNG – Bumdes dan Bumdesma di 18 kabupaten Jabar terus menguatkan eksistensinya guna menyelamatkan masyarakat dari jerat rentenir atau bank keliling alias bank emok.

Hal itu disampaikan Sekda Provinsi Jabar Herman Suryatman pada kegiatan ‘Penguatan BUMDes/ BUMDesma bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKPD)’, di Grand Sunshine Kabupaten Bandung, Senin (13/5/2024).

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Menurutnya, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDesma) dapat menjadi solusi konkret menghindarkan masyarakat dari jebakan rentenir, dengan cara menyediakan kegiatan simpan pinjam produktif yang rendah bunga.

“Salah satu potensi bisnisnya adalah simpan pinjam, tentu dengan jasa yang kompetitif, karena modalnya juga modal bersama. Ini stimulus dari pemerintah dan modal masyarakat yang dikelola oleh BUMDes BUMDesma,” ujar Herman Suryatman

BACA JUGA :  Kesejahteraan Warga Jadi Cerminan Kesuksesan BUMDes

Sekda Herman mengungkap, masyarakat sebetulnya sudah tahu risiko jika meminjam uang ke bank keliling atau rentenir. Tapi karena desakan kebutuhan dan persyaratan yang sangat mudah, bank emok kerap menjadi pilihan relistis.

Bandingkan dengan koperasi, Bumdes atau Bumdesma, apalagi bank, dalam proses pinjam uang membutuhkan syarat – syarat yang dianggap menyulitkan nasabah.

Bank emok sepintas terlihat memudahkan nasabah dengan layanannya yang cepat dapat uang, tapi di balik itu ada jebakan yang memberatkan nasabah.

Ditambah, dalam kelompok masyarakat menengah ke bawah ada istilah ‘kumaha engke’ (gimana nanti saja)_ sehingga risiko terjebak bunga berlipat – lipat kerap diabaikan. “Maka BUMDes dan BUMDesma harus bisa mengatasi dua poin tersebut,” tegas Herman.

BACA JUGA :  Patut Ditiru, BUMDes Arya Kemuning di Kuningan Mampu Serap Ratusan Tenaga Kerja

Solusi yang bisa dilakukan, pertama kata Herman, BUMDes dan BUMDesma harus mengidentifikasi keseharian warga calon nasabah. Jjika reputasi nasabah yang akan melakukan simpan pinjam baik, maka akses keuangannya harus dipermudah.

“Ada modal sosial, karena di desa orang- orang kenal,” katanya.

Solusi kedua, masyarakat perlu diedukasi agar literasi keuangannya meningkat. Selalu menjadikan lembaga keuangan legal dan formal sebagai
pilihan pertama.

“Insyaallah bank emok hilang dengan sendirinya. Kami berupaya menyiapkan desain yang baik,” kata Herman.

Herman memotivasi BUMDes dan BUMDesma agar selalu ada pada kondisi keuangan yang sehat sehingga bisa terus berperan aktif terhadap kesejahteraan masyarakat.

“Saya berharap kepada teman- teman BUMDes dan BUMDesma yang sudah sehat pertahankan, tingkatkan, dan jangan ada persoalan, secepatnya bebenah segera perbaiki manajemen,” katanya.

BACA JUGA :  BOR Jabar Menurun, Kang Emil Usulkan Pengetatan Skala Mikro

Herman berharap BUMDes dan BUMDesma menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat desa. “Kaau butuh modal silakan datang ke BUMDes, dengan catatan wayahna dikembalikan supaya BUMDes BUMDesmanya berkelanjutan,” kata Herman.