Scroll untuk baca artikel
Teknologi

Banyak Beralih ke Telegram, WhatsApp Tunda Penerapan Syarat Baru

×

Banyak Beralih ke Telegram, WhatsApp Tunda Penerapan Syarat Baru

Sebarkan artikel ini
Telegram
ilustrasi aplikasi telegram

wawainews – Pembaruan syarat layanan yang tidak disertai dengan penjelasan detail, membuat jutaan pengguna WhatsApp beralih ke layanan alternatif seperti BIP dan Telegram.

Eksodus yang sangat besar itu menyebabkan WhatsApp menunda penerapan persyaratan baru, sebelumnya dijadwalkan pada Februari nanti. WhatsApp mulai mengkampanyekan pembatasan kerusakan untuk menjelaskan kepada pengguna terkait perubahan yang mereka buat.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Selama tiga minggu pertama Januari, Signal telah memperoleh 7,5 juta pengguna secara global, menurut angka yang dibagikan komite urusan dalam negeri parlemen Inggris, sementara Telegram telah memperoleh 25 juta.

Dalam kedua kasus tersebut, peningkatan tampaknya datang dari para pengguna WhatsApp. Data yang dilacak perusahaan analitik App Annie menunjukkan WhatsApp turun dari peringkat delapan menjadi 23 sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh di Inggris pada 12 Januari.

BACA JUGA :  Ini Dia Situs Terkenal Berbagi Video Selain Youtube

Sebaliknya, Signal, yang tidak termasuk dalam 1.000 aplikasi teratas di Inggris pada 6 Januari, justru menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di negara tersebut pada 9 Januari. Direktur Kebijakan Publik WhatsApp untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Niamh Sweeney mengatakan kepada komite urusan dalam negeri bahwa eksodus itu diyakini terkait dengan pembaruan persyaratan layanan perusahaan.

Dia menjelaskan pembaruan tersebut dimaksudkan untuk dua hal yakni mengaktifkan serangkaian fitur baru seputar perpesanan bisnis dan membuat klarifikasi serta memberikan transparansi yang lebih besar seputar kebijakan perusahaan yang sudah ada sebelumnya.

“Tidak ada perubahan pada kebijakan berbagi data kami dengan Facebook di mana pun di dunia,” kata Sweeney.

Tetapi, setelah unggahan viral yang tersebar luas di WhatsApp yang mengklaim bahwa kebijakan privasi justru memberi layanan hak untuk membaca pesan pengguna dan menyerahkan informasi tersebut ke perusahaan induknya, Facebook, WhatsApp mengumumkan penundaan dalam penerapan persyaratan layanan baru.

BACA JUGA :  ‘Ber-game’ LOCG Melalui Kemitraan dengan DJ Soda

“Kami ingin memperjelas bahwa pembaruan kebijakan tidak mempengaruhi privasi pesan Anda dengan teman atau keluarga dengan cara apa pun,” kata WhatsApp dalam pembaruan yang diposting ke situsnya.

Perusahaan mengatakan akan menunda implementasi kebijakan barunya hingga 15 Mei. Direktur Wawasan Pasar App Annie Amir Ghodrati mengatakan bergerak cepat terkait masalah ini adalah hal penting.

“Jenis peralihan dalam aplikasi perpesanan dan jejaring sosial ini bukanlah hal yang aneh. Karena sifat dasar aplikasi sosial dan bagaimana fungsi utamanya melibatkan komunikasi dengan orang lain, perkembangannya sering kali dapat bergerak cukup cepat, berdasarkan peristiwa terkini. Kami telah melihat permintaan yang meningkat selama beberapa tahun terakhir akan pesan terenkripsi dan aplikasi yang berfokus pada privasi,” ujarnya.

Ghodrati menuturkan, pergeseran ke aplikasi perpesanan yang lebih berfokus pada privasi telah dibangun sebelum bencana hubungan masyarakat WhatsApp.

“Aplikasi perpesanan yang menyediakan fitur privasi mengalami pertumbuhan keterlibatan terbesar pada (paruh pertama) 2020. Aplikasi ini melihat rata-rata 30% lebih banyak pengguna aktif daripada alternatif. Aplikasi seperti Signal, Telegram, Wickr, dan WhatsApp menawarkan fitur privasi mulai dari transfer data terenkripsi ujung ke ujung hingga pesan yang merusak diri sendiri,” jelasnya.

BACA JUGA :  Zulkifliandi Ciptakan Alat Penghemat BBM 'Hidro Power'

Ironisnya, dalam beberapa hal, WhatsApp lebih fokus pada privasi daripada pesaingnya, Telegram. WhatsApp merupakan yang pertama menerapkan enkripsi ujung ke ujung yang mencegah penyedia layanan untuk dapat mengakses pesan pengguna secara default untuk setiap obrolan kecuali antara pengguna dan bisnis besar.

Sementara Telegram hanya mengaktifkan enkripsi ujung-ke-ujung untuk obrolan rahasia, sebuah opsi yang harus dipilih secara aktif oleh pengguna untuk setiap kontak. Obrolan semacam itu dimaksudkan untuk orang yang menginginkan lebih banyak kerahasiaan daripada umumnya.(*)