WAWAINEWS.ID – Sandra Day O’Connor wanita pertama yang duduk di Mahkamah Agung, telah meninggal dunia, pengadilan setempat mengumumkan berita duka itu pada Jumat pagi.
O’Connor, 93, mantan hakim itu meninggal karena “komplikasi terkait demensia lanjut,” sesuai pengumuman pada pengadilan.
O’Connor semasa hidupnya mendiang telah menginspirasi banyak generasi pengacara perempuan – termasuk lima perempuan yang menjabat setelah pencalonannya di pengadilan tinggi.
Mereka mengagumi kesuksesannya di bidang yang selama ini didominasi oleh laki-laki.
BACA JUGA : Gunung Anak Krakatau Masih Erupsi, Abu Tebal Capai 700 Meter
Seiring berjalannya waktu, ia dikenal sebagai seorang konservatif moderat dan sering memberikan suara pada isu-isu sosial yang sedang hangat.
Dia meninggal setelah menyaksikan pengadilan baru yang berhaluan konservatif membatalkan keputusan aborsi yang dia bantu tulis pada tahun 1992, menurunkan batasan antara gereja dan negara, dan mengarahkan perhatiannya pada bidang lain yang menarik baginya: tindakan afirmatif.
Hakim Agung John Roberts menggambarkan O’Connor sebagai seorang “patriot” dan “pembela supremasi hukum yang sangat independen, dan seorang pembela pendidikan kewarganegaraan yang fasih.”
Presiden Joe Biden, sementara itu, memujinya sebagai “ikon Amerika.”
“Saya tidak setuju dengan semua pendapatnya, tapi saya mengagumi kesopanan dan pengabdiannya yang tak tergoyahkan terhadap fakta, pada negara kita, pada kewarganegaraan aktif dan kebaikan bersama,” kata Biden dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.
BACA JUGA : Firli Bertaruh dengan Tuhan
Pada tahun 2018, O’Connor mengungkapkan dalam sebuah surat bahwa dia telah didiagnosis menderita demensia tahap awal, kemungkinan penyakit Alzheimer.
“Meskipun babak terakhir hidup saya dengan demensia mungkin terasa berat, tidak ada yang mengurangi rasa syukur dan penghargaan saya yang mendalam atas berkah yang tak terhitung jumlahnya dalam hidup saya,” tulisnya.
Saat mencalonkan O’Connor sebagai hakim pada tahun 1981, Presiden Ronald Reagan menyebutnya sebagai “orang yang benar-benar siap menghadapi segala musim, yang memiliki kualitas unik dalam temperamen, keadilan, kapasitas intelektual, dan pengabdian terhadap kepentingan publik yang menjadi ciri khas 101 saudara yang telah mendahuluinya.”
